Skip to main content

My Sister is My Priority : chapter 14 [Vol.2]


untuk daftar karakter, ada dibawah ini :
Daftar karakter




    Baru saja dua hari liburan, kejadiannya sudah begini. Adikku Nadin, telah melihat anime incest yang ku miliki. Rasa nya... jadi ingin mati saja...

    “Mati aja...aku....
    “N..Nadin...i..itu...”
    “...Abang....” Kata Nadin pelan.
    “IYA!?”

Kedua tanganku bergetar... tubuhku jadi tegang. Punya anime incest kepergok sama adik sendiri itu... benar benar kejadian terburuk.

    “Apa yang akan dia katakan...” kata ku dalam hati gelisah.
    “Aku rasa...aku tak kan sanggup mendengarnya!!!
    “Abang... duduklah di sana...!”
    “Eh.....”

Nadin menunjuk ke arah tempat tidurku, ia sedikit menundukkan kepala nya dan wajahnya menatap ke lantai... seolah olah tak mau menatapku.

    “Habislah....dia membenci ku...

Aku lalu berjalan pelan ke arah tempat tidurku dengan murung...
    Saat aku duduk, Nadin pun menghampiri ku dan ikut duduk sebelah kananku. Aku menjadi sedikit gugup, ku lihat wajahnya terus mengarah ke depan, namun mata nya sekali kali melirik ke arahku dengan ekspresi yang tak dapat ku baca.

    “Abang...”
    “Y..ya....?” jawabku gugup.
    “Apa... abang... punya banyak anime kaya gitu...?”
    “Kenapa dia menanyakan hal itu!!!?
    “Aaa...itu....soal itu... genre seperti... tidak banyak, jadi... abang tidak punya banyak...”
    “Apa apaan itu!! Jawabanku malah memberitahu nya kalau aku punya anime kaya gitu lebih dari satuu!!
    “Mmm....gitu ya...”

Nadin memalingkan wajahnya, lalu menunduk.

    “MATIII GUEE!!!
    “Anoo...sebenarnya itu... itu loh, waktu itu ada... itu... ada... ufo, ah iya... ufo! Tiba tiba ufo nya jatuhin DVD Bluray anime kaya gitu!”
    “Ngomong apa aku ini!
    “Kok abang ngaco gitu ngomongnya...”
    “Tuh kan...
    “Jadi... apa abang... sudah sering liat adegan adek kakak... kaya gitu di anime?”
    “Kenapa dia bertanya begitu...

Wajah Nadin memperlihatkan ekspresi yang begitu penasaran, tatapan mata nya terlihat berbinar binar... yang membuatnya terlihat menggemaskan.

    “Apa apaan wajah itu... kenapa dia menatapku dengan wajahnya yang manis itu....

Karena gugup, aku pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala ku sekali. Aku jadi tak berani untuk menatapnya. Aku mencoba untuk melirik sedikit ke arahnya, dan ku lihat wajahnya sedikit memerah.
    Nadin sedikit mendekatkan diri nya ke arahku, tangan kiri nya yang kecil dan lembut meraba tangan kananku secara perlahan. Aura nya menjadi berbeda dengan sebelumnya, gelora yang membuat perasaanku menjadi campur aduk. Dengan matanya yang berbinar binar dia menatapku dengan seksama.

    “Apa... abang ingin melakukannya...ciuman bibir....”
    “Hah...”

Dia mendekatkan wajahnya pada wajahku. Aku mencoba sedikit menjauhkan wajahku namun dia kembali mendekatkan wajahnya.

    “Tt..tunggu...Nadin... apa yang kamu lakukan?”
    “Gawat... aku menjadi merasa aneh...

Tangan kanannya meremas kaosku, dan sesekali menariknya pelan sembari terus mendekatkan wajahnya pada ku.

    “Abang... tidak mau ciuman denganku...?”
    “Kita tidak boleh kan... kita ini saudara sedarah...”
    “Memang apa salahnya...”
    “Salah...pokoknya salah...”
    “Apa dengan alasan kalau aku cinta sama abang, itu... belum cukup?”
    “Kenapa dia mengatakannya di saat seperti ini...
    “Aku semakin tak bisa berpikir jernih....
    “Apa ini karna dia melihat scene kakak beradik di anime itu ya...

Nadin memejamkan mata nya, dan semakin mendekatkan wajahnya pada ku. Jantungku jadi berdebar kencang, bibir kecilnya terlihat begitu lembut ketika aku melihatnya. Entah kenapa, rasa nya... aku jadi terbawa, dan benar benar ingin menciumnya. Apakah ini karena aku sudah terlalu banyak menonton anime incest dengan adegan adegan seperti ini, atau mungkin.... karena perasaanku.


    “Apakah... aku juga memiliki perasaan itu pada Nadin...
    “Aku juga merasa ingin menciumnya...
    “Apakah hari ini... aku akan meninggalkan kehidupan sehari hari ku...
    “Dan jatuh ke dalam hubungan sedarah dengan adikku...
    *KRIIIING....KRIIINGGG....*

Hampir saja bibirku meyentuh bibirnya, tiba tiba terdengar suara dari telepon rumah kami yang berada di lantai bawah yang sontak membuat kami berdua kaget. Dan itu membuatku beralasan untuk segera mengangkat telepon tersebut.

    “Ah... ada telpon, aku akan segera mengangkatnya...” kata ku berdiri lalu berjalan ke luar kamar.
    “Aa...mm...”
    “Tadi itu hampir saja....
    “Apa sih yang ku pikirkan tadi...
    “Aku tak akan jatuh ke dalam hubungan seperti itu...
    “....Tidak akan pernah...
    *KRIIINGGGG...KRIIINGGG...*

Telepon yang terus berbunyi membuatku jadi terburu buru menuruni tangga dan segera mengangkat telepon tersebut.

    “Aaa...haloo...”
    “Eh...halo...ini kak Rei ya...
    “Suara ini... Sari ya...”
    “iya kak...
    “B..begitu ya... aa.. jadi, ada apa ya?”
    “Aa... gini kak... aku mau ke rumah kakak, buat ketemu ama Nadin....
    “Hee... kenapa tidak langsung datang saja...gak perlu nelpon dulu kan,”
    “Sebenarnya... tadi aku sudah memanggil kakak sama Nadin, tapi tidak ada respon dari rumah, jadi... ku kira...
    “Mungkin itu pas waktu kami kebawa suasana tadi...
    “O iya, jadi kamu di mana sekarang?”
    “....Masih di depan pintu rumah kakak....
    “Eh... kenapa kamu tidak bilang dari tadi..., sebentar ya... biar aku buka kan pintu nya sekarang...”
    “Mmm....

Aku lalu segera pergi ke depan untuk membuka kan pintu, dan saat membuka nya, ternyata pintu rumah kami sama sekali tak terkunci. Saat itu pun aku terpikir, kalau saja yang datang ini bukanlah Sari melainkan Andre atau Lisa... pasti mereka sudah menyelonong masuk dan melihat kejadian tadi.
    Saat aku membuka pintu, benar saja ternyata Sari sedang berada di depan rumah kami. Ia terlihat terkejut dan sedikit mundur kebelakang ketika melihatku tiba tiba membuka kan pintu.

    “Ah... maaf mengejutkanmu...”
    “Mmm... Tidak apa apa...” Sari sedikit mengalihkan perhatiannnya.
    “Jadi dia masih takut sama cowo ya....
    “Aaa... silahkan masuk ke dalam...”
    “Mmm...” Sari mengangguk lalu memasuki pintu.

Terdengar langkah kecil dari lantai atas, dan terlihatlah Nadin yang pelan menuruni tangga menuju lantai bawah.

    “Ada siapa bang?... eh... Sari...”
    “Apa kabar Nadin?” Sari tersenyum pada Nadin.
    “Em... baik kok, ayo kita duduk dulu!”
    “Mm...” Sari mengangguk.

Nadin lalu membawa Sari ke ruang tamu. Saat membelakangi ku, Nadin yang sedang berbicara dengan Sari, sempat menoleh ke arahku memperlihatkan ekspresi malu malu dan kembali menoleh ke depan. Yah... wajar saja kalau setelah kejadian tadi sih.

    “Yah... jadi gini deh...
    “Mudah mudahan, tidak akan berlangsung lama...

Karena Nadin sedang menemani Sari mengobrol, aku pun pergi ke dapur yang berada satu ruangan dengan ruang tamu, namun di batasi oleh meja tempat meletakkan perlengkapan dapur dan juga kulkas.
    Aku lalu menyiapkan minuman untuk mereka, namun ternyata yang tersisa hanya satu renteng kopi susu yang di beli paman beberapa hari yang lalu, jadi aku pun menanyai Sari tentang ini.

    “Sari....”
    “Ah... iya kak?”
    “Kamu bisa minum kopi?”
    “Mm... tentu...”
    “Bagus deh kalau gitu...”

Aku pun kembali menyiapkan minuman tersebut dan mengambil 3 bungkus dari satu renteng kopi susu tersebut. Selagi menyeduh air panas, tiba tiba aku menerima pesan masuk yang di tandai oleh getaran ponsel di saku celana ku. Aku segera mengambil ponselku, dan melihat sebuah pesan masuk yang ternyata dari Lisa.

    [Karena mungkin kau kesepian di hari libur seperti ini, aku akan datang ke rumahmu untuk berkunjung.... teheee :p]
    “Haaah...?
    “Bukannya kamu pulang ke kanada?
    [Aku merasa kalau kamu kesepian, maka nya aku tidak jadi pulang...]
    [OTW...]
    “Hee....?

    Aku jadi teringat kalau laptop ku di kamar masih belum ku mati kan, jadi aku memutuskan untuk mematikan nya terlebih dahulu sembari menunggu air panas.

    “O iya... laptopku masih nyala....
    “Kalau ku biarkan seperti itu.... nanti bakalan ada sesuatu yang gawat lagi....

Aku pun segera pergi untuk mematikan laptopku.

    “Eh... abang mau ke mana?” tegur Nadin tiba tiba.
    “Aaa... mau ke kamar sebentar....” aku sedikit berpaling.
    “Eh....”

Saat ku lihat, mata nya terlihat berkedip kedip dan wajah terlihat merah merona. Dia lalu menoleh ke arah Sari dan berbicara dengan suara yang kecil.

    “Aku ke sana dulu ya...”
    “Mm...” jawab Sari pada Nadin.

Nadin lalu berdiri dengan wajah sedikit menunduk ke bawah. Dia lalu menghampiri ku dan merangkul tangan kananku.

    “Eh...Nadin?”
    “A..ayo bang...” kata Nadin malu malu.
    “Hah... ayo apa?”
    “Ke kamar abang...”
    *glek*
    “Jangan jangan...dia mengira kalau aku mau melanjutkan yang tadi....
    “Nadin.... maksud abang, abang mau ke kamar sendirian...kamu temani lah Sari di sini...”
    “Eh...sendirian?”
    “Iya....”
    “Sendirian itu berarti.... abang mau on*ni ya?”
    “BUKANNNN!! Abang cuma mau mati’in laptop!!”

Aku segera pergi ke kamarku di lantai atas dan segera mematikan laptopku. Dan untuk berjaga jaga, aku pun memberi kata sandi di laptopku agar kejadian seperti ini tak akan terulang lagi.

    *dug dug dug*

Saat aku kembali menuruni tangga ke lantai bawah, terdengarlah suara ketukan dari pintu depan. Aku segera berajalan cepat ke arah pintu, untuk segera membukakan nya.

    “Ah... mungkin Lisa kali ya...
    *dug dug dug....*
    “Iya... bentar bentar...”
    “Yaelah.... sabar dikit napa? Eh...” kata sambil membuka kan pintu.

Dan saat membukakan pintu, ternyata yang datang bukan hanya Lisa, namun juga Andre.

                          -=Chapter 14 ‘Full house part 1’=-





Comments

Post a Comment

Populer Post

My Sister is My Priority : chapter 01

My Sister is My Priority : chapter 03