untuk daftar karakter, ada dibawah ini :
Daftar karakter
Baru saja dua hari liburan, kejadiannya
sudah begini. Adikku Nadin, telah melihat anime incest yang ku miliki. Rasa nya...
jadi ingin mati saja...
“Mati
aja...aku....”
“N..Nadin...i..itu...”
“...Abang....” Kata Nadin pelan.
“IYA!?”
Kedua tanganku
bergetar... tubuhku jadi tegang. Punya anime incest kepergok sama adik sendiri
itu... benar benar kejadian terburuk.
“Apa
yang akan dia katakan...” kata ku dalam hati gelisah.
“Aku
rasa...aku tak kan sanggup mendengarnya!!!”
“Abang... duduklah di sana...!”
“Eh.....”
Nadin menunjuk ke
arah tempat tidurku, ia sedikit menundukkan kepala nya dan wajahnya menatap ke
lantai... seolah olah tak mau menatapku.
“Habislah....dia
membenci ku...”
Aku lalu berjalan
pelan ke arah tempat tidurku dengan murung...
Saat aku duduk, Nadin pun menghampiri ku
dan ikut duduk sebelah kananku. Aku menjadi sedikit gugup, ku lihat wajahnya
terus mengarah ke depan, namun mata nya sekali kali melirik ke arahku dengan
ekspresi yang tak dapat ku baca.
“Abang...”
“Y..ya....?” jawabku gugup.
“Apa... abang... punya banyak anime kaya
gitu...?”
“Kenapa
dia menanyakan hal itu!!!?”
“Aaa...itu....soal itu... genre seperti...
tidak banyak, jadi... abang tidak punya banyak...”
“Apa
apaan itu!! Jawabanku malah memberitahu nya kalau aku punya anime kaya gitu
lebih dari satuu!!”
“Mmm....gitu ya...”
Nadin memalingkan
wajahnya, lalu menunduk.
“MATIII
GUEE!!!”
“Anoo...sebenarnya itu... itu loh, waktu
itu ada... itu... ada... ufo, ah iya... ufo! Tiba tiba ufo nya jatuhin DVD
Bluray anime kaya gitu!”
“Ngomong
apa aku ini!”
“Kok abang ngaco gitu ngomongnya...”
“Tuh
kan...”
“Jadi... apa abang... sudah sering liat
adegan adek kakak... kaya gitu di anime?”
“Kenapa
dia bertanya begitu...”
Wajah Nadin
memperlihatkan ekspresi yang begitu penasaran, tatapan mata nya terlihat
berbinar binar... yang membuatnya terlihat menggemaskan.
“Apa
apaan wajah itu... kenapa dia menatapku dengan wajahnya yang manis itu....”
Karena gugup, aku
pun menjawabnya dengan menganggukkan kepala ku sekali. Aku jadi tak berani
untuk menatapnya. Aku mencoba untuk melirik sedikit ke arahnya, dan ku lihat
wajahnya sedikit memerah.
Nadin sedikit mendekatkan diri nya ke
arahku, tangan kiri nya yang kecil dan lembut meraba tangan kananku secara
perlahan. Aura nya menjadi berbeda dengan sebelumnya, gelora yang membuat
perasaanku menjadi campur aduk. Dengan matanya yang berbinar binar dia
menatapku dengan seksama.
“Apa... abang ingin melakukannya...ciuman
bibir....”
“Hah...”
Dia mendekatkan
wajahnya pada wajahku. Aku mencoba sedikit menjauhkan wajahku namun dia kembali
mendekatkan wajahnya.
“Tt..tunggu...Nadin... apa yang kamu
lakukan?”
“Gawat...
aku menjadi merasa aneh...”
Tangan kanannya
meremas kaosku, dan sesekali menariknya pelan sembari terus mendekatkan
wajahnya pada ku.
“Abang... tidak mau ciuman denganku...?”
“Kita tidak boleh kan... kita ini saudara
sedarah...”
“Memang apa salahnya...”
“Salah...pokoknya salah...”
“Apa dengan alasan kalau aku cinta sama
abang, itu... belum cukup?”
“Kenapa
dia mengatakannya di saat seperti ini...”
“Aku
semakin tak bisa berpikir jernih....”
“Apa
ini karna dia melihat scene kakak beradik di anime itu ya...”
Nadin memejamkan
mata nya, dan semakin mendekatkan wajahnya pada ku. Jantungku jadi berdebar
kencang, bibir kecilnya terlihat begitu lembut ketika aku melihatnya. Entah kenapa,
rasa nya... aku jadi terbawa, dan benar benar ingin menciumnya. Apakah ini
karena aku sudah terlalu banyak menonton anime incest dengan adegan adegan
seperti ini, atau mungkin.... karena perasaanku.
“Apakah...
aku juga memiliki perasaan itu pada Nadin...”
“Aku
juga merasa ingin menciumnya...”
“Apakah
hari ini... aku akan meninggalkan kehidupan sehari hari ku...”
“Dan
jatuh ke dalam hubungan sedarah dengan adikku...”
*KRIIIING....KRIIINGGG....*
Hampir saja
bibirku meyentuh bibirnya, tiba tiba terdengar suara dari telepon rumah kami
yang berada di lantai bawah yang sontak membuat kami berdua kaget. Dan itu
membuatku beralasan untuk segera mengangkat telepon tersebut.
“Ah... ada telpon, aku akan segera
mengangkatnya...” kata ku berdiri lalu berjalan ke luar kamar.
“Aa...mm...”
“Tadi
itu hampir saja....”
“Apa
sih yang ku pikirkan tadi...”
“Aku
tak akan jatuh ke dalam hubungan seperti itu...”
“....Tidak
akan pernah...”
*KRIIINGGGG...KRIIINGGG...*
Telepon yang terus
berbunyi membuatku jadi terburu buru menuruni tangga dan segera mengangkat
telepon tersebut.
“Aaa...haloo...”
“Eh...halo...ini kak Rei ya...”
“Suara ini... Sari ya...”
“iya kak...”
“B..begitu ya... aa.. jadi, ada apa ya?”
“Aa... gini kak... aku mau ke rumah kakak,
buat ketemu ama Nadin....”
“Hee... kenapa tidak langsung datang
saja...gak perlu nelpon dulu kan,”
“Sebenarnya... tadi aku sudah memanggil kakak
sama Nadin, tapi tidak ada respon dari rumah, jadi... ku kira...”
“Mungkin
itu pas waktu kami kebawa suasana tadi...”
“O iya, jadi kamu di mana sekarang?”
“....Masih di depan pintu rumah kakak....”
“Eh... kenapa kamu tidak bilang dari
tadi..., sebentar ya... biar aku buka kan pintu nya sekarang...”
“Mmm....”
Aku lalu segera pergi
ke depan untuk membuka kan pintu, dan saat membuka nya, ternyata pintu rumah
kami sama sekali tak terkunci. Saat itu pun aku terpikir, kalau saja yang
datang ini bukanlah Sari melainkan Andre atau Lisa... pasti mereka sudah
menyelonong masuk dan melihat kejadian tadi.
Saat aku membuka pintu, benar saja ternyata
Sari sedang berada di depan rumah kami. Ia terlihat terkejut dan sedikit mundur
kebelakang ketika melihatku tiba tiba membuka kan pintu.
“Ah... maaf mengejutkanmu...”
“Mmm... Tidak apa apa...” Sari sedikit
mengalihkan perhatiannnya.
“Jadi
dia masih takut sama cowo ya....”
“Aaa... silahkan masuk ke dalam...”
“Mmm...” Sari mengangguk lalu memasuki
pintu.
Terdengar langkah
kecil dari lantai atas, dan terlihatlah Nadin yang pelan menuruni tangga menuju
lantai bawah.
“Ada siapa bang?... eh... Sari...”
“Apa kabar Nadin?” Sari tersenyum pada
Nadin.
“Em... baik kok, ayo kita duduk dulu!”
“Mm...” Sari mengangguk.
Nadin lalu membawa
Sari ke ruang tamu. Saat membelakangi ku, Nadin yang sedang berbicara dengan
Sari, sempat menoleh ke arahku memperlihatkan ekspresi malu malu dan kembali
menoleh ke depan. Yah... wajar saja kalau setelah kejadian tadi sih.
“Yah...
jadi gini deh...”
“Mudah
mudahan, tidak akan berlangsung lama...”
Karena Nadin
sedang menemani Sari mengobrol, aku pun pergi ke dapur yang berada satu ruangan
dengan ruang tamu, namun di batasi oleh meja tempat meletakkan perlengkapan
dapur dan juga kulkas.
Aku lalu menyiapkan minuman untuk mereka,
namun ternyata yang tersisa hanya satu renteng kopi susu yang di beli paman
beberapa hari yang lalu, jadi aku pun menanyai Sari tentang ini.
“Sari....”
“Ah... iya kak?”
“Kamu bisa minum kopi?”
“Mm... tentu...”
“Bagus deh kalau gitu...”
Aku pun kembali
menyiapkan minuman tersebut dan mengambil 3 bungkus dari satu renteng kopi susu
tersebut. Selagi menyeduh air panas, tiba tiba aku menerima pesan masuk yang di
tandai oleh getaran ponsel di saku celana ku. Aku segera mengambil ponselku,
dan melihat sebuah pesan masuk yang ternyata dari Lisa.
[Karena mungkin kau kesepian di hari libur
seperti ini, aku akan datang ke rumahmu untuk berkunjung.... teheee :p]
“Haaah...?”
“Bukannya
kamu pulang ke kanada?”
[Aku merasa kalau kamu kesepian, maka nya
aku tidak jadi pulang...]
[OTW...]
“Hee....?”
Aku jadi teringat kalau laptop ku di kamar
masih belum ku mati kan, jadi aku memutuskan untuk mematikan nya terlebih
dahulu sembari menunggu air panas.
“O
iya... laptopku masih nyala....”
“Kalau
ku biarkan seperti itu.... nanti bakalan ada sesuatu yang gawat lagi....”
Aku pun segera
pergi untuk mematikan laptopku.
“Eh... abang mau ke mana?” tegur Nadin tiba
tiba.
“Aaa... mau ke kamar sebentar....” aku
sedikit berpaling.
“Eh....”
Saat ku lihat,
mata nya terlihat berkedip kedip dan wajah terlihat merah merona. Dia lalu
menoleh ke arah Sari dan berbicara dengan suara yang kecil.
“Aku ke sana dulu ya...”
“Mm...” jawab Sari pada Nadin.
Nadin lalu berdiri
dengan wajah sedikit menunduk ke bawah. Dia lalu menghampiri ku dan merangkul
tangan kananku.
“Eh...Nadin?”
“A..ayo bang...” kata Nadin malu malu.
“Hah... ayo apa?”
“Ke kamar abang...”
*glek*
“Jangan
jangan...dia mengira kalau aku mau melanjutkan yang tadi....”
“Nadin.... maksud abang, abang mau ke kamar
sendirian...kamu temani lah Sari di sini...”
“Eh...sendirian?”
“Iya....”
“Sendirian itu berarti.... abang mau on*ni
ya?”
“BUKANNNN!! Abang cuma mau mati’in laptop!!”
Aku segera pergi
ke kamarku di lantai atas dan segera mematikan laptopku. Dan untuk berjaga
jaga, aku pun memberi kata sandi di laptopku agar kejadian seperti ini tak akan
terulang lagi.
*dug dug dug*
Saat aku kembali
menuruni tangga ke lantai bawah, terdengarlah suara ketukan dari pintu depan. Aku
segera berajalan cepat ke arah pintu, untuk segera membukakan nya.
“Ah...
mungkin Lisa kali ya...”
*dug dug dug....*
“Iya... bentar bentar...”
“Yaelah.... sabar dikit napa? Eh...” kata
sambil membuka kan pintu.
Dan saat
membukakan pintu, ternyata yang datang bukan hanya Lisa, namun juga Andre.
-=Chapter
14 ‘Full house part 1’=-
"Katakan pertamax" :v o***i jer
ReplyDeleteLanjut gan
Wak :v oke siap :v
DeleteKok gk lanjut2 gan :'(
ReplyDeleteKok gk lanjut2 gan :'(
ReplyDeleteSorry, msih drumband msalhnya -_-
Delete