Okaaay, perlu kalian tahu bahwa chapter 15 ini adalah chapter spesial dan MC di chapter spesial ini adalah Lisa Decrush. mengisah perjalanan sebelum ke Indonesia, dari pada penasaran baca saja langsung ya.
owh iya satu lagi, buat kalian yang belum baca dari chapter pertama, bisa klik DI SINI
untuk daftar karakter, ada dibawah ini :
Hari yang dingin di sebuah kota kecil
bernama Brooks di Alberta, Kanada, menjadi hari yang spesial di mana, hari ini
adalah hari kelulusan ku dari SMP. Aku dan teman temanku saling menuliskan
kesan kesan pribadi pada buku catatan kelulusan kami masing masing. Memberi
kesan tersendiri bagi ku yang mengingin sebuah perbedaan untuk masa SMA
kedepannya.
“Seandai
nya, aku bisa menulis kisah yang berbeda untuk ke depannya...”
“Mungkin
saja... akan menjadi sesuatu yang menarik...”
*bip bip....bip bip*
Terasa sebuah
getaran kecil dari ponsel di dalam saku jas sekolahku. Aku segera mengambil
ponselku tersebut, dan ternyata getaran itu menandakan sebuah berita masuk dari
sebuah website berita internasiol, yang mengatakan bahwa saat ini “Indonesia
telah memecahkan rekor dunia dan rekor muri, memainkan angklung dengan peserta
terbanyak”. Aku tersenyum melihat berita tersebut, entah mengapa, aku benar
benar menyukai negara ini, baik budaya maupun sistem kenegaraannya yang mampu
membuat stabil negara seluas itu.
Aku bahkan sampai sampai mempelajari bahasa
mereka dengan bermodalkan kamus dan tablet sekolah. setidaknya aku bisa
berbicara dalam bahasa mereka, walau pun terhambat oleh logat yang benar benar
sulit untuk di sesuai kan.
“Panggilan
kepada Lisa Dechrush, di harapkan segera menuju ruang kepala sekolah. sekali
lagi... kepada...”
“Eh...?”
“Lisa! Kamu di panggil tuh...”
“Ah, iya...”
“di
harapkan segera menuju ruang kepala sekolah...”
“Kira
kira ada apa ya...”
Mendengar
panggilan dari pengeras suara, aku pun segera menuju ke ruang kepala sekolah
yang berada di lantai 3 gedung sekolahku.
*dug dug dug..*
“Permisi...”
“Oh... silahkan masuk...”
Terdengar jawaban
dari dalam ruangan, yang tidak lain adalah jawaban dari kepala sekolah. aku pun
perlahan membuka pintu ruang kepala sekolah, dan terlihat lah kepala sekolah
yang sedang duduk di meja kerja nya.
“Akhirnya kamu datang juga.... ayo
duduklah...”
“Mmm...”
Aku menunduk
kepada kepala sekolah sebagai bentuk rasa hormatku, lalu segera duduk di kursi
tamu yang berada tepat di depan meja kerja kepala sekolah.
“Jadi, ini berkaitan dengan rencana mu
kedepannya nanti,..”
“Iya pak?”
“Dari semua pelajaran yang kamu tekuni
selama tiga tahun ini... bapak sedikit tertarik dengan ketekunan mu di
pelajaran Bahasa asing... kamu menyukai Bahasa Indonesia ya?”
“Ah... itu benar sekali pak... bukan cuma
bahasa nya pak, budaya yang ada di sana juga membuat saya tertarik pak...dan
yang peling penting lagi itu...INDOMIE PAK!!!” jawabku dengan semangatnya.
“Kamu terlihat bersemangat ya,”
“Aaa... maaf...” jawabku menunduk karna
malu.
“Tidak apa apa... semangat itu akan menjadi
sesuatu positif untukmu...”
“Jadi langsung saja, Lisa...”
“Iya pak ?”
“...Apa kamu tertarik melanjutkan sekolah
di Indonesia?”
“Heh?” aku sedikit kaget.
“...Tadi bapak ngomong apa?” lanjutku.
“Hmm... apa kamu tertarik melanjutkan
sekolah di Ind...”
“BENERAN NIH PAAK?!!”
*BUUUGG*
Aku benar benar
terkejut dengan apa yang di kata kan kepala sekolah, sampai sampai tanpa sadar
menghentak meja kerja kepala sekolah, seolah olah mimpi yang ku damba damba
selama ini tiba riba ada di depan mata ku.
“L...Lisa...”
“Aaa... maafkan saya!! Maafkan saya!!!”
kata ku meminta maaf sambil menunduk beberapa kali.
“Ah... tidak apa apa, tidak apa apa!!”
“Jadi begini, aku memiliki seorang kenalan
di sana, dia juga memiliki sekolah berbasis internasional yang mencakup SMP dan
SMA di area Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah....” Lanjut kepala sekolah.
“Pangkalan Bun...?” kata ku sambil
mengingat sesuatu.
“Oh... tempat jatuhnya AirAsia itu ya?”
“Kamu tau banyak ya...”
“Ahahaha....” aku tertawa kecil.
“Begini... sebenarnya aku sudah
merekomendasikan mu pada nya, awal bulan lalu, dan kamu sudah terdaftar di sana
sebagai siswa prestasi.”
“Benarkah pak...”
“Ya... walau pun,... sebenarnya aku tidak
mau kehilangan murid berprestasi seperti mu, dan berharap kamu melanjutkan
sekolah di sini,” kata kepala sekolah sambil memalingkan pandangannya.
“Tapi, anak pintar seperti mu, harus
memiliki wawasan yang luas,dan itu akan berperan penting bagi masa depanmu,”
“Bapak...”
“Jadi bersekolah lah di sana, aku sudah
mendapat persetujuan dari orang tua mu,”
“Heh?”
“Dan jadwal penerbanganmu...”
“...Besok siang jam 7 pagi.”
“Heh... heeeeeeeeeee?!!”
Setelah itu aku pun pulang dengan berpikir
banyak hal, tentu saja aku bahagia dan tak bisa menolak hal ini, karna ini juga
adalah sesuatu yang benar benar ku idamkan sejak dulu.
“ini
bukan mimpi kan,?”
Itulah yang ada di
benak ku sekarang, dan sesuatu yang lain itu, apakah aku sudah siap untuk berpisah
dengan ibu. Karna dengan pergi nya diriku, ibu akan hidup sendirian di sini...
Sesampai ku di depan rumah, aku menjadi
merasa punya banyak pikiran, dan bimbang akan hal ini, rasa nya berat jika
harus meninggalkan ibu di sini, namun jika aku menolak hal ini, perjuanganku selama
ini akan sia sia, dan ibu yang sudah menyetujui hal ini mungkin saja akan
kecewa, benar benar berat rasanya, bahkan tanganku menjadi gemetar saat hendak
memengang ganggang pintu rumah.
“Ah...
apa yang harus ku perbuat....” keluhku dalam hati.
Tiba tiba pintu di
buka dari arah dalam, dan terlihat sosok ibuku yang terlihat berekspresi
bahagia dan seolah olah tak sabar menunggu kehadiranku.
“Lisa... kamu kenapa tidak langsung masuk? Ayo
lekas masuk ke dalam, kita akan bicara soal beasiswa mu.” Kata ibu dengan ekpresi
senang lalu menarik lenganku mengajakku masuk.
“Ibu...” kataku pelan.
Ibu lalu menoleh
kearahku dengan ekspresi yang sedikit berubah, lalu perlaham melepas lenganku.
“kenapa Lisa?”
“Ibu...”
“Sebenarnya...”
“ayo katakanlah...”
“Sebenarnya aku...”
“Katakan
semua nya yang sedang kau pikirkan...”
“...hatiku...sedang bimbang” tangan mulai
bergetar.
“Lisa...”
Tak terasa
ternyata air mata ku telah mengalir.
“Aku... tidak ingin meninggalkan ibu...” jelasku
tersedak sedak.
Ku lihat wajah ibu
yang menatap kepada dengan senyum kecil di bibirnya namun entah ekspresi apa yang
sedang ibu coba ungkapkan itu, aku tak tahu.
“Namun di lain sisi... aku ingin meraih apa
yang ku impikan...”
“...tapi...tapi...”
“Lisa...” jawab ibu melihatku sambil tersenyum
kecil.
“...ibu mengerti dengan perasaanmu nak, ibu
benar benar mengerti,”
“tapi ibu yakin bahwa hatimu teguh... ibu
ingin kamu menggapai apa yang ingin kamu raih... walaupun di satu sisi, ibu
ingin terus bersamamu.”
“ibu...” kataku pelan.
“apa yang ingin kamu raih... harus kamu
gapai nak, walau pun itu jauh di sana, di negeri orang, ibu ingin kamu menggapai
impianmu,”
“Ibu...” air mataku semakin tak tertahankan
dan terus jatuh.
Ku peluk ia dengan
penuh kelembutan dengan air mataku yang terus jatuh di pundaknya. Benar pelukan
penuh kasih dan sayang selama.
“Ibu bangga padamu nak” kata ibu dalam
pelukanku.
Dan keesokan harinya... aku pun berangkat
ke Indonesia.
-=Chapter 15 ‘Arc Lisa part 1’=-
Comments
Post a Comment