Hari ini seperti biasa, bangun pagi pagi,
di bangunin deh, siap siap, terus... sekolah. Dan masih seperti kemaren, Nadin
masih belum bisa masuk sekolah karna belum sembuh sepenuhnya... atau lebih tepatnya,
pura pura belum sembuh deh. Soalnya tadi pagi dia lah yang membangunkanku.
“Aaabang...chu.. ”
*Chuu...*
Dia mengecup pipi
ku untuk membangunkan ku tadi pagi, dan... itu benar benar membuatku terbangun
dan berteriak.
“Huwaaa... Nadin?!!”
Ku lihat Nadin
yang masih mengenakan piyama nya sedang memperhatikan ku dari samping tempat
tidurku sambil tersenyum dengan manisnya.
“Hehehe... padahal niatnya kalo abang belum
bangun, aku pengen ngincar bibir abang...”
“Bahaya banget... bahaya banget tau!!”
“Tapi
kok rasa nya gue jadi ngarep gitu ya...”
“O iya, demam mu sudah benar benar turun
ya?”
“Udah turun sih, tapi belum benar benar
sembuh deh kaya nya...”
“Aah... gitu ya...”
“Kaya nya aku masih perlu banyak kasih
sayang abang nih...”
“Heeee?”
“Jadi manjain aku lagi ya hari ini bang...”
Nadin
memperlihatkan wajah penuh harap yang benar benar... benar benar...
“Kawaii...”
*note : kawai adalah bahasa jepang dari cantik, atau
manis.
Dan pada akhirnya
aku berangkat sekolah sendirian lagi hari ini, tapi gapapa lah nurutin
permintaannya sekali kali, lagi pula nilai nilai nya di sekolah tidak pernah
turun.
Karna hari ini aku berangkat sendiri lagi,
aku rasa nya menjadi sedikit lesu, mungkin karena tidsk penyemangat kali. Dan
rasa nya, ini mengingatkanku pada saat Nadin marah pada ku, saat itu aku juga
berangkat ke sekolah sendiri, namun... saat itu ada Sari yang sempat menemani
ku setengah perjalanan ke sekolah. Hah... namun tidak mungkin bakal ada
kebetulan seperti itu kali ya, begitu pikirku.
“Aa, kak Rei!!”
“Eh...”
Namun baru saja
berpikiran seperti itu, terdengar suara seseorang yang masih cukup jauh dari
arah belakangku, dan tentu saja suara yang sudah tidak asing di telinga ku. Aku
pun segera menoleh ke belakang untuk memastikan hal itu.
“Sari..”
“Ternyata bener bener kak Rei,”
“Bener
bener kejadian...”
“Loh, Nadin belum sekolah ya kak?”
“Aa, begitulah... dia masih belum sembuh
total, atau lebih tepatnya pura pura belum sembuh kaya nya....”
“hehehe, gitu ya, mungkin dia mau di
manjain kakak.”
“Mungkin...”
“hehe...”
Sari tertawa kecil
karena hal itu, karena mungkin dia sudah tau betul tentang Nadin yang seperti
itu. Namun setelah membicarakan soal Nadin, suasana nya sempat canggung,
mungkin karena tidak ada topik yang bisa di bacarakan.
“Lah,
kok tiba tiba jadi canggung gini...”
Ku lihat Sari yang
terus berjalan di sebelahku, sesekali dia melirik ke arahku dan kembali melirik
ke arah depan. Memang benar benar canggung kaya nya.
“Emm...Sari...”
“Eh...i.. iya kak..”
“Maaf ya... kaya nya ngobrol ama orang kaya
aku, ngebosanin ya?”
“Eh? E..nggak kok kak, itu gak bener...”
“Beneran?”
“Iya kak, sebenarnya aku gini juga ada
alasannya...”
“Alasan?”
“Soal itu... aduh...”
Baru saja ingin
menjelaskan pada ku, Sari menabrak salah satu siswa laki laki yang ada di
depannya, sampai sampai membuatnya terjatuh.
“Aduh...duh...”
“Sari... kamu gapapa...”
“Aa iya kak...”
Orsng yang di
tabrak Sari itu pun juga berniat menolong Sari yang terjatuh saat itu. Jadi dia
mengulurkan tangan pada Sari, namun ekspresi wajah Sari tiba tiba berubah
drastis.
“Kamu gapapa dek?”
“Eh.. iya gapap...”
Sari tiba tiba
memperlihatkan ekspresi ketakutan, seperti seseorang yang baru saja melihat
hantu atau sesuatu sejenis itu.
“Eh?”
Orang itu terlihat
bingung melihat ekspresi Sari yang tiba tiba berubah begitu, dan sama denganku,
aku juga bingung akan hal itu.
“Sari...”
“awaawawawa....”
“Emm, biar aku saja yang mengurusnya...”
“Aa, baiklah...”
Orang itu pun
segera pergi mendahului kami. Aku pun membungkuk ke arah Sari dan mencoba untuk
menyentuh pundaknya.
“HUWAAAA!!! K..k...kak Rei...?”
Tak ku sangka
sangka dia akan berteriak kaget seperti itu ketika aku mencoba menyentuhnya.
Bahkan terlihat olehku, mata kanannya mengeluarkan air mata.
“Sari....”
“Eh...?”
“Jangan jangan kamu...”
Sari pun segera
mengelap air mata nya dan mulai berdiri. Kami pun mulai berjalan kembali, dan
Sari memberitahukan salah satu rahasia nya pada ku.
“Seperti nya kak Rei sudah bisa menduga
nya, tapi aku akan menjelaskannya lagi... apa kak Rei bisa menjaga rahasia
ini...”
“Ah, tentu saja...”
“Sebenarnya....”
Sari terlihat
sedikit ragu untuk mengatakannya pada ku, jadi dia mengatakan untuk menunda
perbincangan ini terlebih dahulu saat kami sudah dekat dengan sekolah.
“...Aku.... sebaiknya ku beritahukan nanti
saja...”
“Eh...”
“Mmm... nanti istirahat pertama, kita
ketemuan di belakang sekolah ya kak...”
“He... belakang sekolah...? kenapa di
tempat seperti itu...”
“Dah
ya kak...”
Dia mencoba
mendahului ku untuk segera masuk ke gedung SMP saat sudah berada di gerbang
sekolah. Namun aku baru berpikir akan sesuatu hal.
“Eh Sari... tunggu...”
“I..iya kak?”
“Maksudmu belakang sekolah yang mana?”
Tentu saja aku
menanyakan hal itu, karena sekolah kami kan terbagi atas SMP dan SMA, dan tentu
saja gedung sekolah nya terpisah, hanya aula sekolah saja yang biasa
mempertemukan kami dalam satu ruangan yang sama. Karena tadi Sari bilang
belakang sekolah, jadi tentu saja aku bingung belakang sekolah yang mana.
“Ah... belakang gedung SMP kak...”
Dia lalu pergi
meninggalkanku ke gedung SMP dengan berlari kecil. Aku pun segera pergi ke
gedung SMA, karena bel jam pelajaran pertama baru saja berbunyi. Saat aku baru
saja sampai di depan kelas, aku melihat Lisa yang sedang bersandar di depan
pintu kelas sambil sesekali melihat jam di tangannya.
“Oy Lisa...”
“Eh?!! Rei,...”
“Tumben nunggu aku di sini...”
“S..s.siapa juga yang nunggu kamu!!!”
“Haha... iya iya...”
“Kok kamu lama banget, aku nungguin kamu
tau!!”
“Lah... beneran nungguin aku dong....”
“A..aa..aku cuma mau nanyain soal Nadin
kok...”
“Owh, gitu ya...”
Aku segera pergi
ke bangku ku dan Lisa ikut menyusulku duduk di bangku yang ada di sebelah kiri
ku.
“Jadi gimana Nadin? Udah sembuh?”
“Entahlah...”
“Loh... kok jawabnya gitu?”
“Dari tingkahnya dia udah keliatan sembuh
sih, tapi...dia bilang dia belum sembuh total, dan masih perlu di manjain...”
“ahm,..ahahaha... bukankah itu seharusnya
dia sudah benar benar sembuh....”
“Iya kan...”
“Hei, semua nya cepat duduk di temapat
masing masing!”
Seorang guru
ekonomi pun masuk ke kelas, Lisa yang tadi duduk di sebelahku langsung segera
berpindah duduk ke bangku nya yang ada di pertengahan kelas. Jam pelajaran
pertama dan kedua di isi penuh dengan pelajaran ekonomi, karena sekitar
seminggu ke depan sekolah kami akan melakukan ulangan semerter serentak.
Pelajaran di kelas pun di buat negebut, karena kami harus mengejar BAB
pelajaran yang tertinggal.
Waktu istirahat pertama pun tiba, dan hal
itu membuat ku lega di buatrnya, karena jam pelajaran tadi benar benar
memanaskan kepala ku, bisa di bilang kepala ku benar benar overheat tadi, jadi
saat jam istirahat ini tiba kepala ku benar benar terasa refresh kembali. Tak
lama kemudian, Lisa dan Andre menghampiri ku dan mengajakku untuk pergi ke
kantin bersama.
“Rei, yok ke kantin bareng...”
“Ah... oke...”
Kami pun segera
pergi ke kantin bersama sama.
“Oy Rei... masih lesu aja,”
“Haha... pasti dia lesu gara gara gak bisa
cuit cuit bareng adeknya, adeknya kan lagi gak masuk tuh...”
“Halah... dari pada lu, gak bisa deket ama
adek lu sama sekali!”
“Apa lu bilang!”
“Udah kalian berdua, ngomongin masalah adek
mulu... gak ada topik lain apa?”
“APA YANG LEBIH PENTING DARIPADA ADEK
CEWE?” kata ku dan Andre bersamaan.
“oy....”
Tiba tiba aku
teringat akan janji ku dengan Sari, jadi aku memutuskan untuk segera menemui
nya dan tak jadi untuk pegi ke kantin bersama Lisa dan Andre.
“O iya, maaf Lisa, Andre, aku baru ingat
ada janji dengan adek kelas...”
“Hah... adek kelas?” kata Lisa dan Andre
bersamaan.
“Aku pergi dulu ya!”
Baru saja ingin
pergi, Lisa menahanku dengan menggenggam tangan kananku.
“Tunggu... Rei...”
“Heh?”
“Adek kelasnya... cewe atau cowo?”
“Cewe...”
Aku lalu
meninggalkan mereka berdua dengan buru buru untuk segera menemui Sari. Aku
berlari semampu ku untuk pergi menuju ke belakang gedung SMP. Dan sesampai ku
di sana, aku melihat Sari yang sedang bersandar di dinding, sambil mengenggam
jemari nya. Rasa nya jadi tidak enak untuk menegurnya. Namun bagaimana pun, aku
sudah benar benar penasaran dengan apa yang ingin Sari katakan pada ku. Aku pun
menghampiri nya perlahan dan seperti dia masih belum menyadari keberadaanku.
Jadi aku pun menegurnya dan seperti nya itu membuatnya sedikit kaget.
“Woy...”
“Whuaaa....k..kak Rei...”
“Aa, maaf, ku rasa aku berlebihan....”
“Mmm...!!”
Sari memperlihatkan
ekspresi sedikit marah kepada ku. Apa itu benar benar berlebihan kali ya. Dia
sedikit menjauh, seolah menjaga jarak dari ku. Namun aku tak mau berkomentar
akan itu, karena wajar saja dia terlihat berhati hati, soalnya saat ini dia
sedang berdua saja dengan laki laki yang lebih tua dari nya.
“Anoo... jadi...”
“Kakak jangan salah paham ya...”
“Eh... salah... paham?”
“Aku ini sebenarnya... pengidap
Androfobia...”
“Andro...fobia...?”
“Mm, aku memiliki rasa takut terhadap laki
laki...”
“Takut sama laki laki... tapi kan aku..?”
“Kakak, mungkin sadar kalau misalkan
kita... berangkat atau pulang bareng dengan Nadin... aku pasti selalu berada di
sebelah Nadin, dan selalu menjaga jarak dengan kak Rei...”
Dan setelah ku
ingat ingat, ternyata benar juga sih, karena Sari selalu berada di sebelah
Nadin saat kami berjalan bersama sama. Belum lagi, aku juga teringat dengan
perkataan Nadin beberapa bulan yang lalu.
“Heee...
gak biasanya Sari ngedadahin cowo...”
“Aa..
benar juga sih...”
“Jadi bagaimana kamu bisa beradaptasi di
kelas?”
“Soal itu... Nadin sudah banyak membantu ku
di kelas...”
“Membantu mu bagaimana?”
“Seperti mengaturkan posisi bangku ku agar
jauh dari murid murid cowo...”
“Kok dia bisa mengatur posisi bangku di
kelas, bukan pake sistem undian ya?”
“Nadin kan... ketua kelas, jadi dia bisa
dengan mudah memanifulasi persoalan seperti itu...”
“Dia
menyalahguna kan kekuasaannya...”
“Dan karena aku tidak mau terlalu di jauhi
oleh teman temanku, karena fobia ku ini... aku memutuskan untuk tidak
memberitahukan siapa pun soal fobia ku ini selain pada Nadin...”
“Tapi
barusan dia bilang pada ku kan, iya kan...”
Setelah
pembicaraan itu, suasana sempat hening. Kami berdua terdiam sambil bersandar
pada dinding. Aku merasa sedikit gugup dengan suasana sekarang ini, belum lagi
kami hanya berduaan saja di tempat sepi seperti ini. Jadi karena aku sudah
bicara dengannya, aku memutuskan untuk kembali ke kelasku... lagi pula jam
istirahat pertama sudah hampir berakhir.
“Mm, mungkin... aku kembali saja sekarang
ya...”
“Eh?”
Aku lalu berjalan
perlahan meninggalkan Sari untuk segera kembali ke kelas.
“Aah... kak Rei...”
Sari kembali
memanggilku, yang membuatku terhenti dan kembali menoleh ke arahnya.
“Sebenarnya ada lagi yang ingin ku katakan
ke kak Rei...”
“Eh? Soal apa?”
“Ini... sebenarnya...anu...”
“Hmm?”
“Aku...itu.... sebenarnya...”
“Iya...?”
“su......”
*kriing...kriiingg....*
Di saat bersamaan,
bel tanda jam masuk pelajaran ketiga berbunyi, dan itu membuatku sedikit panik.
Aku bahkan tidak mendengar apa yang di katakan Sari barusan, karna dia
berbicara bersamaan di saat bel berbunyi.
“Aah... maaf Sari, kita lanjutkan lain kali
ya...”
“Aaa, mmmm....”
Ku lihat wajahnya
begitu terlihat malu lalu menunduk ke bawah. Aku sudah berniat untuk pergi,
namun aku merasa tidak enak ketika melihatnya seperti itu. Jadi aku berniat
untuk menanyakan apa yang ingin dia katakan tadi.
“Ah, soal yang tadi... mau ngomongin apa?”
“Mmm, lain kali... saja kak...”
“Bener
nih?”
“He’eh..”
“Oke.... kalau gitu, aku balik ke kelas
ya...”
“Mm..”
Aku lalu pergi ke
kelas dengan buru buru meninggalkan Sari. Sebenarnya aku penasaran sih dengan
apa yang ingin di katakan Sari barusan, tapi mau bagaimana lagi... pelajaran di
kelas kan lagi negbut, untuk persiapan ulangan semester, jadi aku jangan sampai
ketinggalan pelajaran minggu ini.
Pelajaran hari ini benar benar membuat
kepala memanas, sampai sampai membuat kepala ku terlihat mengeluarkan uap,
seolah olah kepala ku baru saja keluar dari tempat sauna. Kami bahkan tidak
mengadakan jam istirahat kedua minggu ini, jadi dari jam pelajaran ketiga
sampai terakhir kami belajar penuh pelajaran khusus jurusan. Aku pun menempelkan
wajahku di bangku saat pelajaran selesai, benar benar membuatku kelelahan.
“Haaah... akhirnya...”
“Oy...”
*Dug dug dug dug!!*
Andre tiba tiba
menegurku dengan nada geram, sambil menggedor gedor bangku ku, yang membuatku sontak
mendongak ke arahnya.
“Apaan sih?!!”
“KAU TELAH MENGHIANATI ADEKMU!!”
“Apaan coba!!”
“Udah udah, kalian ini...Andre juga kenapa
sih?”
Lisa menegur kami
berdua, karena melihat Andre tadi.
“Dia ini ngehianatin adeknya, adeknya udah
sayang banget ama dia, tapi dia sia sia’in!! Serahin aja adek lu buat gue!!”
“Yaelah... itu lagi.. udah ah, gak usah di
bahas...”
“Lisa!! Kok kamu ngomong gitu?!! Bukannya tadi
kamu bilang kamu juga cembu...”
*BAAAMMM!!!*
“UWAAAA!!!!”
“Hee?”
Tiba tiba Lisa
memukul perut Andre dengan sangat keras, atau mungkin lebih tepatnya, Lisa
memukul tepat di uluh hati nya, sehingga membuat Andre menjerit kesakitan dan
tergeletak di lantai....
“uaaaaaa......”
“Kan udah ku bilang gak usah di bahas...”
Lisa menunjuk
wajah tersenyum yang mengerikan sambil menatap Andre yang tergeletak dia
bawahnya, dan itu benar benar membuatku takut. Lisa lalu tiba tiba menoleh ke
arah dengan ekspresi wajah yang sama, yang membuatku sontak sedikit mendur ke
belakang.
“Hiii...!!?”
“Rei...Tadi kamu dengar sampe mana?”
“Hikss, aku gak dengar apa apa, AKU GAK
DENGAR APA APA!”
“Hei... tung...”
Aku lalu lari
terbirit birit sambil membawa tasku, dan segera cepat cepat pulang ke rumah. Ngeri...
benar benar ngeri... begitu pikir saat berlarian di koridor untuk segera keluar
dari gedung SMA. Dan sesampai ku di pintu keluar gedung SMA, aku melihat Sari
yang sedang berdiri di depan gedung SMA, sendirian.
“Eh.. Sari...”
“Ah... kak Rei, selamat sore...”
“Aa, sore... kamu kok gak pulang?”
“Itu... aku... lagi nungguin kakak...”
“Eh...aku?”
Sambil kami
berjalan pulang, Sari menjelaskan kalau dia menunggu ku karena ingin sekalian
ke rumahku, untuk menjenguk Nadin.
“He... menjenguk Nadin ya... pasti dia
bakal senang kamu datang ke rumah...”
“Mm...Kalau gitu... bagus deh...”
Seperti biasa dia
sedikit menjaga jaraknya dari ku saat perjalanan pulang. Ya kerana sudah
terbiasa, aku tidak apa sih, lagipula aku juga sudah tau alasannya. Kami terus
berjalan tanpa mengobrol banyak hari ini, mungkin suasana nya juga agak beda,
karena pembicaraan kami tadi pagi.
Saat sampai di depan rumah, aku pun
teringat dengan apa yang tidak sempat Sari katakan tadi pagi, jadi aku
menanyakan kembali soal itu pada nya.
“O iya... Sari...”
“Eh... i..iya kak..?”
“Yang kamu tidak sempat omongin tadi pagi
itu, apaan?”
“Aaa.. aa, itu... anu...”
Ku lihat wajah
Sari yang terlihat sedikit panik, di terus mengalihkan tatapannya ke kanan dan
ke kiri, dan sesekali menunduk dan mendongak kembali.
“Aa...aa...aaa...aa...”
“Sari???”
*JDAAAAR!!*
“He...?!!”
Tiba tiba pintu
rumahku terbuka dengan begitu kencangnya, dan dari dalam rumah, terlihat Nadin
yang masih mengenakan piyama nya keluar dari dalam rumah sambil menatapku
dengan tatapan yang begitu mengerikan.
“Abang....!! kenapa sama cewe lain?!!”
“Waduh
yang di rumah ternyata lebih mengerikan dari pada yang di sekolah tadi....”
“Na..Nadin... ini Sari... dia mau
menjengukmu...!!”
“Mm...”
“Eh... Sari rupa nya, aku kira tadi siapa
gitu...”
“Nadin sudah sembuh ya...?”
“Aah... iya sih, udah lumayan sembuh kok...
ahaha...”
“Hee, gitu ya...”
“Aah, ayo masuk Sari...”
Nadin lalu
mengajak Sari untuk masuk ke rumah. Aku dan Sari tersenyum melihat tingkah
Nadin tadi dan lalu segera masuk ke rumah.
“Aa, kalau gitu permisi... o iya, aku bawa
kue buat kamu loh...”
“Eh... beneran nih... abang! Nanti suapin
kue nya ke aku ya!”
“Hah.. iya iya...”
“Asyik!!... ah, Sari, kita langsung ke
kamarku aja ya...”
“Eh..a..okee..”
Haaah... setidaknya
hari ini aku selamat dari kesalahpahaman Nadin, namun aku jadi tidak punya
kesempatan lagi untuk menanyakan apa yang tidak sempat di katakan Sari tadi.
Hmm, gapapa lah, mungkin lain kali saja.
-=Chapter
9 ‘Perempuan yang susah ditebak’=-
Keren gan lanjut.... Btw mau nanya pewarnaan gambarnya pake software apa yah. Terima kasih
ReplyDeleteKeren gan lanjut.... Btw mau nanya pewarnaan gambarnya pake software apa yah. Terima kasih
ReplyDeletecover ? pke paintoolSai
DeleteOhh... thanks ya :D
DeleteLisa: adek kelasnya... cewe atau cowo?
ReplyDeleteRei:cewo :v wkwkwk
Btw,Kalo boleh nanya, ini nulis nya pake software apa?
wak :v
DeleteMS Word pak :v