Skip to main content

My Sister is My Priority : chapter 10


untuk daftar karakter, ada dibawah ini :


    Hari yang telah ku tunggu tunggu, akhirnya tiba.  Hari ini ulangan semester telah berakhir. Mantap dah, rasa nya semua beban di kepala mulai mengilang, karna dalam seminggu ini kami menjalani ulangan yang benar benar menguras pikiran, belum lagi ada dua pengawas di tiap ruangan, benar benar tidak ada kesempatan untuk berbagi jawaban atau apapun itu. Tapi hari hari berat itu telah berakhir hari ini, dan itu melegakan. Kami pulang dengan berbahagia hari ini, karena mulai besok sekolah sudah mulai mengadakan classmeet, dan tentu saja aku takkan mengikuti lomba apapun.

    “Akhirnya... bisa tenang juga...”

Aku keluar dari gedung SMA dengan senangnya.

    *Tap tap tap...*
    “Abaaang!!”

Terdengar suara Nadin yang mulai mendekat dari arah belakangku. Aku lalu berbalik ke arahnya, namun baru saja berbalik, Nadin tiba tiba melompat ke arahku, dan memelukku dengan eratrnya.

    “Wuaaa....”
    “Abang...”
    “...Na..Nadin...”
    “Hehe... aku kangen.”
    “Baru pisah 4 jam kan...”

Aku dan Nadin jadi pusat perhatian karena Nadin yang sedang memelukku sekarang, dan itu benar benar membuatku khawatir.

    “Anoo... Nadin...”
    “Iya bang?”
    “Mending...kita pulang sekarang...”
    “Okeee!!... tapi nanti di rumah lanjut lagi ya bang!”
    “Lanjut apa?”
    “Cium!”
    “Kok makin parah sih!!?”

Aku lalu melepaskan pelukan Nadin, dan berjalan mendahului nya.

    “Eh?.... Abang...tunggu...!!”

Nadin lalu meraih tangan kananku dan menggenggam tanganku dengan lembutnya. Aku lalu menoleh ke arahnya dan ternyata Nadin juga mendongak ke arahku sambil tersenyum.

    “Njiir... kawai...
    “Cieeee....”
    “A...apaan?”
    “Abang natapin aku....”
    “E..enggak kok... kebetulan aja!”
    “Bohong... muka abang merah tuh...”

    Keesokan hari nya, Classmeet pun di mulai. Ya walaupun sekarang hari sabtu yang seharusnya akhir pekan, classmeet tetap di adakan hari ini, karena classmeet sekolah kami hanya akan di laksanakan pada satu hari ini saja. Dan karna sekolah kami terdiri dari SMP dan SMA, sekolah kami pun mengadakan classneet gabungan, dan tentu saja itu membuat Nadin senang karena dia jadi bisa bersama denganku seharian ini di sekolah. Kami para siswa pun di kumpulkan di lapangan, dengan seragam olahraga yang sama, baik dari SMP maupun SMA. Jadi anak anak SMP dapat dengan bebas berkumpul dengan kami siswa SMA, dan tentu saja itu juga termasuk Nadin yang berada di sebelahku sekarang ini.

    “Nadin...”
    “Iya bang?”
    “Kenapa kamu di sini...”
    “Karna aku cinta abang!!”

Nadin mengatakan itu dengan penuh semangat, sambil mengangkat kedua tangannya.

    “Jawabannya sudah terlalu mainstream...”
    “He....!!?”
    “Bukannya kamu ikut lomba hari ini?”
    “He’eh, tapi masih nanti kok lomba nya bang.”
    “Lah... emang ikut lomba apaan?”
    “Ambil barang, sama estafet!” Nadin mengatakannya dengan semangat.
    “Kedengaran melelahkan sekali...”
    “Abang kok gak semangat gitu sih... terus abang ikut lomba apa?”
    “Abang lebih memilih menjadi penonton yang baik...”
    “Bener bener abang banget deh....”
    *Tap...*

Seseorang tiba tiba menepuk punggungku dari arah belakangku, yang sontak membuatku menoleh ke belakang untuk memastikan orang tersebut. Dan ternyata orang itu...

    “Lisa...”
    “Yang semangat dong... classmeet cuma sehari!”
    “Iya nih abang!!”
    “Haaah... jadi penonton itu lebih baik, lagipula lomba kalau gak ada penonton kan sepi...”
    “Yaelah, pemikiranmu gitu amat sih Rei...”
    “Kak Lisa, ikut lomba ya?”
    “Tentu dong!”
    “Tuh bang, kaya kak Lisa dong!”
    “Lisa kan emang doyan olahraga...”
    “..emang kamu ikut lomba apaan Lisa?”
    “Lari tiga kaki campuran!”
    “Habis ini dong...”
    “Iya!”
    “Hee... tenang bener, pasangan ama Andre ya?”
    “Enggak....”
    “Lah.... terus?”
    “Ama kamu....”
    “HEEEEEEEEE!!!!!!????”

Bukannya aku yang kaget, namun melainkan Nadin yang tiba tiba berteriak dengan cukup keras karena mendengar perkataan Lisa tadi. Orang orang di sekitar sontak melihat ke arah kami bertiga, yang membuatku dan Lisa buru buru menenangkan Nadin.

    “Waaa...Nadin!!!”
    “ABANG KATA NYA GAK IKUT LOMBA APA APA!!!”
    “Abang juga gak tau soal ini!!!”
    “Maaf Nadin! Aku yang daftarin Rei diam diam,”
    “Kenapa mesti abangku?!!!!”
    “S..soal itu.....soal itu....mm,. ah! Biar Rei gak malas malasan hari ini!”
    “Entah kenapa rasa nya, kamu baru saja menemukan kata kata itu barusan kan, iya kan?!!”
    “Hiks... ya udah... kali ini aja, abang aku pinjamin...”
    “Aku jadi kaya barang aja, di pinjemin...
    “TAPI INGAT! JANGAN TERLALU NEMPEL SAMA ABANGKU!!!!”
    “Mm... oke!”
    “KALAU ITU SAMPAI TERJADI..... KU BUNUH!!!”
    “Apapun yang terjadi, abang mohon jangan bunuh siapa pun!”

    Aku dan Lisa pun pergi untuk bersiap siap. Saat berjalan, aku mencoba untuk menoleh ke arah Nadin, dan di sana ku lihat dia sedang menatapku sambil memperlihatkan ekspresi yang benar benar menyeramkan, dan terus mengawasi ku dari tempat para penonton. Benar benar... menakutkan.

    “Seremnya....
    “Para peserta lari tiga kaki, harap segera bersiap siap di garis star” kata salah satu panitia lewat pengeras suara.
    “Ayo Rei, kita mesti cepet cepet!”
    “Aaaa....”

Di garis star, kami para pasangan peserta di beri masing masing sehelai kain berwarna yang melambangkan perwakilan kelas masing masing. Dan untuk perwakilan kelas 11 IPS A, kami mendapat kain berwarna merah untuk di ikatkan pada kaki kami.

    “Kenapa kain berwarna nya malah di ikat di kaki, biasa nya kan buat di kepala...”

Aku sedikit heran dengan peraturannya.

    “Nama nya juga lari tiga kaki Rei, ya di ikat di kaki lah...”
    “Ya kan, biasa nya kalo buat melambangkan kelas, di taroh di kepala atau di tangan.”
    “Yaelah, biarin aja kali... yuk buruan, kita ikat kaki kita berdua!”
    “Iya iya...”

Aku lalu mengikatkan kaki kananku dengan kaki kiri Lisa dengan kain berwarna tersebut.

    “Udah nih...”

Aku lalu menoleh ke wajah Lisa, ku lihat wajahnya sedikit kemerahan sambil menatap ke arah kami yang baru saja ku ikatkan tadi.

    “Lisa....”
    “mmmm....”
    “Lisa!”
    “E..eeh iya?”
    “Kamu demam ya?”
    “E..enggak kok....”
    “Beneran? Coba sini sebentar...”

Aku menempelkan telapak tanganku pada kening Lisa, dan setelah benar benar ku rasakan, ternyata suhu badannya memang sedikit hangat.

    “Eeeemmmm!!!”
    *Shuuusssh*

Terlihat seperti ada cerobong uap di atas kepala Lisa tiba tiba mengeluarkan uapnya.

    “Eh....? beneran nih masih mau ikut? Kaya nya kamu sakit deh...”
    “Ga..gapapa kali.... lagipula ini sakitnya beda...”

Kata Lisa sambil memalingkan pandangannya dari ku.

    “Hah?... beda?”
    “Seluruh peserta harap bersiap siap!
    “Ayo Rei...”
    “Mm...” aku mengangguk.
    “Biar kami jelaskan lagi warna masing masing perwakilan kelas....
    ”10 IPA A dengan warna ungu, 10 IPA B hijau, 10 IPS A hitam, 10 IPS B kuning, 11 IPA A putih, 11 IPA B abu abu, 11 IPS A merah, 11 IPS B biru, 12 IPA A pink, 12 IPA B jingga, 12 IPS A emas, dan 12 IPS B cokelat.
    “Demikian warna masing masing perwakilan kelas, para peserta segera memasuki garis star, dan para siswa yang tidak berkewenangan harap berdiri di balik garis yang telah di buat...
    “Jadi sedikit gugup rasa nya...

Di tengah tengah rasa gugup itu, aku malah di kejutkan dengan Lisa yang tiba tiba merangkulku dengan tangannya berada di pinggangku.

    “Eeiit... Lisa!”
    “Kenapa kamu kaget kaya gitu?”
    “Kamu sih pegang pegang pinggangku!”
    “A..aku cuma mau ngerangkul kamu tau!! Biar nanti pas lari kita gak gampang jatuh!”
    “Walaupun kamu bilang gitu...”
    “K..kamu juga rangkul aku dong!”
    “Heeee?”
    “Malu tau kalau cuma aku sendiri yang ngerangkul...” kata Lisa memalingkan pandangannya.
    “Tapi kan...”
    “Yah... tidak apa apa lah...


Aku pun akhirnya juga merangkul Lisa, namun karna aku merasa tidak enak kalau harus merangkulnya di bagian pinggang, jadi aku hanya merangkulnya di bagian bahu nya saja.. yah... walau pun hanya bahu nya saja, tetap saja merangkul perempuan itu, membuatku berdebar debar. Dan juga... kalau aku merangkul Lisa begini, apa yang akan di lakukan Nadin pada ku nanti... dia kan sedang mengawasi kami sekarang.



    “Bisa gawat nih...
    “Kita hitung mundur dari hitungan ke tiga...
    “3..........2.........1 !
    *Tiiiitt*

Tanda mulai nya perlombaan pun berbunyi, aku dan Lisa segera berlari sembari menyeimbangkan langkah kaki kami berdua. Aku berusaha sekuat mungkin untuk berlari, walau pun aku tidak terbiasa akan sesuatu yang seperti ini. Namun setelah benar benar ku sadari... kami sekarang ini... berada pada posisi terakhir. Lisa yang biasa juara dalam hal hal seperti ini, sekarang ini malah berada di posisi terakhir karena berpasangan denganku. Aku mencoba melihat wajah Lisa, terlihat wajahnya yang benar benar berusaha untuk memenangkan perlombaan ini, namun walau pun seperti itu, dia malah menyesuaikan kecepatan lari nya dengan kecepatanku.... dan sekarang aku merasa menjadi penghambat bagi nya.

    *hos hos hos*
    “...Lisa!!”
    *hos hos*
    “Iya Rei...?”
    “Lari lah secepat mungkin...!”
    “Heh? Tapi kan...”
    *hos hos*
    “Kamu menyesuai kan laju lari mu denganku kan...”
    “Itu...”
    “Tidak apa apa...aku yang akan menyesuai kan laju ku denganmu...”
    “...Rei...”
    “Aku... ingin kita memenangkan lomba ini berdua!”

Mata Lisa sempat terlihat berbinar, dia lalu tersenyum pada ku dengan wajah begitu semangat.

    “Baiklaah... siapkan lah diri mu Rei!”
    “Okee... uwaaah...”

Lisa pun mulai berlari dengan serius, kecepatannya benar benar berubah drastis. Aku benar benar kesulitan untuk menyamakan kecepatan lari kami berdua, namun kesulitan itu tertutupi oleh rasa semangat untuk dapat memenangkan perlombaan ini. Lupa dengan rasa lelah dan letih, satu persatu pasangan kami lewati. Kecepatan lari Lisa memang benar benar luar biasa, bukan hanya memiliki kecerdasan luar biasa, namun dia juga memiliki fisik yang kuat, benar benar kesan yang berbeda dengan saat pertama kali kami bertemu.

    “Benar benar mengejutkan!!! Pasangan peserta dari kelas 11 IPS A dapat dengan cepat melewati pasangan peserta lainnya hingga dapat merebut posisi kedua, yang sebelumnya di tempati oleh 12 IPA B!!
    *WHHOOOOOOO*

Suara dari para penonton dan Nadin yang sedang melihatku sekarang membuatku dan Lisa semakin bersemangat untuk mendapat juara pertama. Aku benar benar meluapkan seluruh tenaga ku agar dapat menyesuaikan kecepatanku dengan Lisa, tapi mau bagaimana lagi... teman teman sedang menyoraki kami sekarang dan juga... adikku sedang melihatku.

    “Haaaaaaaa!!!” teriak ku dan Lisa bersamaan.
    “Woow... 11 IPS A mencoba untuk merebut posisi pertama yang saat ini di tempati 10 IPA A!!
    “Hah... jadi yang saat ini di depan kami... anak kelas 10...
    “Ayo Rei! Masa kita di kalahin anak kelas 10...”
    “Enak banget kamu ngomongnya!... tapi bodo lah... ayooo!”

Garis finish sudah tak jauh lagi, aku dan Lisa terus bersalip salipan dengan pasangan anak kelas 10 IPA A untuk memperebutkan posisi pertama. Jarak antara kami benar benar beda tipis, pasangan anak kelas 10 ini benar benar begitu cepat, Lisa dan aku benar benar kesulitan. Tapi... kalah dari anak kelas 10 itu...

    “YANG BENAR SAJAAAAAA!!!”
    “Uwaaaaa.... Rei....!!”
    “Luar biasaaaa !! pasangan kelas 11 IPS A tiba tiba melaju dengan begitu kencang !!
    “Kini posisi 11 IPS A dan 10 IPA A benar benar sejajar, namun siapa kah yang akan lebih dulu mencapai garis??!
    *WHHOOOOOOO*
    “Ayoooo Lisaaaaa!”
    “Jangan remehkan akuuu!”

Dan kami pun... memenangkan perlombaan ini. Walau pun hanya berbeda tipis dengan anak kelas 10 tadi, Lisa dan aku yang tidak terbiasa dengan kegiatan seperti ini, bisa menang itu, adalah sebuah keajaiban. Mungkin ini lah yang di maksud dengan The power of kepepet. Suara teman teman sekelas yang menyoraki kami membuat Lisa terdiam melihat ke arah mereka, aku tidak bisa melihat ekspresi wajahnya sekarang, karena dia menghadap ke arah yang membelakangi ku.

    *hos hos*
    “Tidak dapat di percaya ya... kita bisa mendapat juara pertama...”
    “Mm...”

Dari arah yang di lihat Lisa, ku lihat Nadin yang memberikan selamat pada ku dengan mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum pada ku. Aku puin membalasnya dengan mengacungkan jempolku juga pada nya. Nadin lalu perlahan menghampiri kami.

    “Lisa... lihat Nadin ingin memberi selamat pada kita...”

Lisa lalu menunduk dan melepaskan kain yang terikat di kaki kami berdua. Dia lalu berdiri sambil memegangi kain itu dan melihat ke arahku. Ku lihat... ternyata dia sedang menitikkan air mata.

    “Yaah... malah nangis... segitu terharu nya....”
    “Rei .......!!”

Lisa tiba tiba memelukku di hadapan banyak orang, bahkan juga di hadapan Nadin. Itu benar benar membuatku terkejut dan membuat Nadin berteriak. Bahkan komentator dari panitia penyelenggara juga ikut mengomentari hal ini.


    “Wah wah.. apa ini? Pasangan dari kelas 11 IPS A tiba tiba berpelukan !! apa ini pengakuan cinta??!
    “Tidak ada pengakuan cinta di sini !!!”
    “Rei........!!”
    “Waaaa.... Lisa...”
    “Dada nya menyentuhku....
    “Lepasin ABANGKUUUUU...!!!!”
    “Nadiiin.....

Padahal baru saja satu perlombaan, namun... rasa nya benar benar begitu panjang. Bagaimana aku bisa melewati satu hari ini ya.... bodo lah.

                  -=Chapter 10 ‘Pekan classmeeting part 1’=-


Comments

Post a Comment

Populer Post

My Sister is My Priority : chapter 01

My Sister is My Priority : chapter 03

My Sister is My Priority : chapter 14 [Vol.2]