Di chapter 16 ini adalah chapter spesial juga dan berbeda dari chaper sebelumnya MC di chapter spesial ini adalah Nadin.
buat kalian yang belum baca dari chapter pertama, bisa klik DI SINI
buat kalian yang belum baca dari chapter pertama, bisa klik DI SINI
untuk daftar karakter, ada dibawah ini :
Di sebuah pagi yang sejuk ini, aku
bersyukur dapat berangkat ke sekolah tanpa kepanasan atau pun kedinginan, namun
ada sesuatu yang tidak ku syukuri hari... abaaang.
“Hari
ini abang harus selesai’in tugas praktek dulu ya, jadi berangkatnya agak
belakangan.”
“AKU MAU
BERANGKAT AMA ABANG AJA IIIH!!!”
“Jangan gitu
dong... kamu kan gak ada tugas apa apa, nanti malah telat kan...”
“...lagi
pula itu si Sari udah nungguin kan... masa mau kamu suruh berangkat sendirian...”
Kata abang sambil tersenyum kecil.
Aku menoleh ke
arah belakang dimana Sari sedang menungguku di depan pintu rumah kami. Dan
alhasil...
“Haaaah...” kataku menghela nafas.
“Kamu gapapa nih Nadin?” tanya Sari.
“mm... gapapa kok... cuman...”
“cuman?”
“aku tidak punya semangat hidup hari
ini...” lanjutku tertunduk.
“heee?!!”
“... segitunya ih Nadin...” lanjut Sari
dengan raut wajah yang sulit ku baca.
“o iya... memangnya kenapa sih Nadin
segitunya sama kak Rei... sampe... mm... perasaannya kuat banget gitu...”
terlihat sekali
Sari mencari kata kata yang tepat untuk tetap terdengar sopan, tapi jujur aja
sih, pertanyaan nya itu...
“eh... kenapa tiba tiba nanyain itu?”
jawabku sedikit kaget.
“ya... soalnya...”
Tapi benarnya juga
sih... kalau tidak salah sudah sejak saat itu, hari itu... suasana juga
begini... berawan dan sejuk seperti sekarang.
“mama berangkat dulu ya Nadin, kamu baik
baik ya sama abangmu disini...”
“Emang mama mau ke mana sih...?”
“Mama
ada pekerjaan sayang, gak lama kok di sana”
Hari itu abah dan
mama mulai berkemas untuk pergi ke luar kota. Suasana hari itu benar benar
persis seperti hari ini. Kejadian sekitar 6 tahun lalu itu.
“bener ya... gak lama lama di sana...”
kataku cemberut lalu sedikit menunduk.
“iya sayangku... Nadin jangan gitu dong
muka nya,”
“mm...”
“nanti pulang mama bawain oleh oleh deh...
jadi jangan cemberut gitu ya” kata mama menghiburku dengan tersenyum.
“iya deh...” jawabku kecil sambil melihat
ke wajah mama.
Terlihat mama
tersenyum kecil kepadaku lalu mengusap kepalaku.
“Rei...” panggil mama ke abang yang sedang
membantu abah menyiapkan perlengkapan kerja di ruang kerja abah.
“iya ma...” kata abang dari jauh lalu
berlarian mendekat ke arah kami.
“jaga adikmu ya selama abah mama gak di
rumah.”
“mm...” jawab abang menangguk.
Hembusan angin di
pagi itu... benar benar tidak menyenangkan.
“abah dan mama akan pulang lusa, mama sudah
bilang ke pamanmu untuk selalu mengantarkan makanan kemari secara rutin, nanti
juga bibi Bela akan datang kemari.” Jelas mama pada abang.
“Eh... bibi Bela?” potongku karna kaget.
“Iya... jadi nanti kalian tetep ada yang
nemenin di rumah” jawab mama tersenyum.
Bibi Bela setauku
adalah kenalan paman. Beliau benar benar perempuan yang cantik. Entah mengapa
aku benar benar merasa dekat dengannya. Karena mama bilang kalau bibi Bela akan
kemari, aku menjadi sedikit merasa senang kembali. Aku mendongak ke arah abang,
yang tiba tiba juga menolah ke arahku lalu tersenyum.
*dug dug*
Entah kenapa
setiap aku mata kami saling bertatap, aku merasakan sesuatu yang lain, yang
terkadang terasa begitu nyaman dan terkadang juga membuat hatiku sesak.
“kenapa
ya?”
“Nadin,” kata abang tiba tiba.
“Eh... k..kenapa bang?”
“kamu sedang tidak enak badan ya?”
“Enggak kok... biasa.. aja..”
“tapi kok...”
Aaa... benar benar
berasa salah tingkah rasa nya, sesekali mata ku menoleh ke arah tak menentu dan
terlihat wajah mama yang tersenyum melihat ke arahku.
“hehe... tetap akrab ya kalian di rumah.”
“Sayang... semuanya sudah siap nih, ayo
kita berangkat, jadwal pesawatnya sekitar 50 menit lagi...”
“iya sayang, kalian baik baik di rumah ya,”
kata mama lalu berdiri.
“Kalian jangan nakal ya...” kata abah dari
depan pintu.
“iya bah...” jawabku dan abang bersamaan.
Pagi itupun ayah
dan ibu pergi ke Semarang.
Siang hari pun tiba, namun cuaca nya tidak
menunjukan perubahan, berasa angin sepoi sepoi yang masuk dari arah jendela. Membuat
nyaman namun ada rasa nya... agak...
“Ada
apa ya...”
...seperti... ada
sebuah perasaan yang aneh...
Aku mencoba menghampiri abang yang sedang
duduk di sofa ruang tamu dan aku pun duduk menyandarkan kepala ku di pundaknya.
Rasa nya menjadi sedikit lebih tenang.
“Ada apa Nadin, kamu terlihat mencemaskan
sesuatu...”
“Bukan apa apa kok bang,”
“... Cuma sedang ingin begini saja.”
“Hff... manja banget sih...” terdengar
abang sedikit tertawa.
“hmm... biarin...”
Dalam posisi seperti
itu, percakapan kami sempat terhenti beberapa saat, sesekali abang mengelus
elus kepala ku dengan lembutnya, yang membuatku semakin nyaman di dekatnya.
Sempat terpikir olehku, apakah aku bisa terus bersama dengan abang, dengan
kehangatan seperti ini.
“Andai
aku bisa memberhentikan waktu...”
“Aku ingin
terus dalam posisi ini,”
“...bersama
nya...” kataku dalam hati sembari memejamkan
mata.
Begitu nyaman
sampai sampai aku tak bila sampai tertidur dan melewatkan momen ini.
“Nadin...”
“eh... iya bang?” jawabku lalu mendongak ke
wajahnya.
“Nanti sore kita jalan jalan yuk, kata
temen abang, ada toko pernak pernik baru di sekitar sini... nanti kita ke sana
ya.”
“aaa... emmm...” jawabku dengan riang
menerima ajakan abang.
Abang pun
tersenyum mendengar jawabanku itu.
“kalau gitu, sekarang kita tidur siang dulu
yok, biar nanti sore bisa seger jalannya.”
“yaaaaaaah...” responku kecewa.
“Loh... kenapa?” tanya abang bingung.
“gak
bisa sender senderan lagi deh...”
“iya
deh tidur...”
“nah gitu dong... y udah ayo tidur dulu...”
Dan di situ pun
aku terpikir sesuatu.
“aaa... aku mau tidur bareng abang!!!”
“Haah... kan Nadin punya kamar sendiri,”
“Aku mau tidur bareng abaaaaaang...!!!”
Terlihat jelas kalau
abang jadi kebingungan karena tingkahku hari ini. Dia pun tersenyum kecil
padaku.
“Hmm... y udah deh... kalo gitu ayo kita
tidur” jawab abang sambil tersenyum.
“Mmm... ayoook!” jawabku dengan riang.
Kami pun naik ke
lantai dua dimana kamar abang berada. Sesampai di kamarnya, aku dengan riang
melompat ke tempat tidurnya dengan posisi tengkurap. Di mana mana rasanya
tercium sesuatu yang wangi dan aroma dirinya.
“aroma
ini... aroma nya abang...”
Ku lihat abang
yang perlahan mendekat ke arah hanya tersenyum melihatku. Dia pun segera ikut
berbaring dan berbagi selimut denganku. Ku liat ia menatap ke arah sambil
tersenyum.
“Aku...
ingin memeluknya...”
Perlahan aku
semakin mendekat ke arah abang dan mencoba memeluknya. Namun ternyata...
“eh...”
Abang malah lebih
dulu memelukku. Entah bagaimana aku mesti menjelaskannya, tapi... aku benar
benar bahagia di buatnya. Dan tanpa sadar aku pun... tertidur dengan lelapnya.
.
.
.
Di seberkas cahaya aku melihat sesosok
lelaki remaja yang ku yakini adalah abang, dia bergandengan tangan dengan
seorang perempuan berambut pendek yang tak begitu jelas ku lihat wajahnya, yang
ku jelasku lihat hanya sebuah penjepit rambut di salah satu sisi poni nya itu.
Terlihat begitu bahagia tanpa aku di sana, mereka terus terlihat ke seberkas
cahaya itu, hati ku merasa benar benar tak terima akan hal itu...
“Abang...”
Ku coba tuk
mengejar mereka...
“...tunggu...”
Namun...
“...tunggu
aku...”
Mereka terlihat
semakin menjauh...
“Abang...”
Atau...
“Abaaaaang...”
... lebih
tepatnya... aku yang tak dapat menggapai mereka...
“hah...”
*hos hos...*
Dan tiba tiba aku pun terbangun... dengan air
mata yang terus mengalir di pipiku. Ku lihat abang masih tertidur di depanku
dan masih dalam keadaan memeluk diriku.
“...mimpi...”
Aku mencoba menghapus
air mata ku dengan kedua tanganku. Mencoba menghapusnya sebelum ia terbangun
dan melihat aku menangis.
“Aku...
tidak ingin posisi ku sekarang di ambil oleh orang lain...”
“takkan
pernah...”
Rasa tidak ingin
kehilangan ini...
di sebutnya apa
ya?
-=Chapter 16 ‘Arc Nadin part 1’=-
Akhirnya update \ :v / lanjut terus Jang :3
ReplyDeleteWahh mantep adeknya...lanjut dong gan biar ga bikin penasaran
ReplyDelete