untuk daftar karakter, ada dibawah ini :
Hari yang telah ku tunggu tunggu, akhirnya
tiba. Hari ini ulangan semester telah
berakhir. Mantap dah, rasa nya semua beban di kepala mulai mengilang, karna
dalam seminggu ini kami menjalani ulangan yang benar benar menguras pikiran,
belum lagi ada dua pengawas di tiap ruangan, benar benar tidak ada kesempatan
untuk berbagi jawaban atau apapun itu. Tapi hari hari berat itu telah berakhir
hari ini, dan itu melegakan. Kami pulang dengan berbahagia hari ini, karena
mulai besok sekolah sudah mulai mengadakan classmeet, dan tentu saja aku takkan
mengikuti lomba apapun.
“Akhirnya... bisa tenang juga...”
Aku keluar dari
gedung SMA dengan senangnya.
*Tap tap tap...*
“Abaaang!!”
Terdengar suara
Nadin yang mulai mendekat dari arah belakangku. Aku lalu berbalik ke arahnya,
namun baru saja berbalik, Nadin tiba tiba melompat ke arahku, dan memelukku
dengan eratrnya.
“Wuaaa....”
“Abang...”
“...Na..Nadin...”
“Hehe... aku kangen.”
“Baru pisah 4 jam kan...”
Aku dan Nadin jadi
pusat perhatian karena Nadin yang sedang memelukku sekarang, dan itu benar
benar membuatku khawatir.
“Anoo... Nadin...”
“Iya bang?”
“Mending...kita pulang sekarang...”
“Okeee!!... tapi nanti di rumah lanjut lagi
ya bang!”
“Lanjut apa?”
“Cium!”
“Kok makin parah sih!!?”
Aku lalu
melepaskan pelukan Nadin, dan berjalan mendahului nya.
“Eh?.... Abang...tunggu...!!”
Nadin lalu meraih
tangan kananku dan menggenggam tanganku dengan lembutnya. Aku lalu menoleh ke
arahnya dan ternyata Nadin juga mendongak ke arahku sambil tersenyum.
“Njiir...
kawai...”
“Cieeee....”
“A...apaan?”
“Abang natapin aku....”
“E..enggak kok... kebetulan aja!”
“Bohong... muka abang merah tuh...”
Keesokan hari nya, Classmeet pun di mulai.
Ya walaupun sekarang hari sabtu yang seharusnya akhir pekan, classmeet tetap di
adakan hari ini, karena classmeet sekolah kami hanya akan di laksanakan pada
satu hari ini saja. Dan karna sekolah kami terdiri dari SMP dan SMA, sekolah
kami pun mengadakan classneet gabungan, dan tentu saja itu membuat Nadin senang
karena dia jadi bisa bersama denganku seharian ini di sekolah. Kami para siswa
pun di kumpulkan di lapangan, dengan seragam olahraga yang sama, baik dari SMP
maupun SMA. Jadi anak anak SMP dapat dengan bebas berkumpul dengan kami siswa
SMA, dan tentu saja itu juga termasuk Nadin yang berada di sebelahku sekarang
ini.
“Nadin...”
“Iya bang?”
“Kenapa kamu di sini...”
“Karna aku cinta abang!!”
Nadin mengatakan
itu dengan penuh semangat, sambil mengangkat kedua tangannya.
“Jawabannya sudah terlalu mainstream...”
“He....!!?”
“Bukannya kamu ikut lomba hari ini?”
“Bukannya kamu ikut lomba hari ini?”
“He’eh, tapi masih nanti kok lomba nya bang.”
“Lah... emang ikut lomba apaan?”
“Ambil barang, sama estafet!” Nadin
mengatakannya dengan semangat.
“Kedengaran melelahkan sekali...”
“Abang kok gak semangat gitu sih... terus
abang ikut lomba apa?”
“Abang lebih memilih menjadi penonton yang
baik...”
“Bener bener abang banget deh....”
*Tap...*
Seseorang tiba
tiba menepuk punggungku dari arah belakangku, yang sontak membuatku menoleh ke
belakang untuk memastikan orang tersebut. Dan ternyata orang itu...
“Lisa...”
“Yang semangat dong... classmeet cuma
sehari!”
“Iya nih abang!!”
“Haaah... jadi penonton itu lebih baik,
lagipula lomba kalau gak ada penonton kan sepi...”
“Yaelah, pemikiranmu gitu amat sih Rei...”
“Kak Lisa, ikut lomba ya?”
“Tentu dong!”
“Tuh bang, kaya kak Lisa dong!”
“Lisa kan emang doyan olahraga...”
“..emang kamu ikut lomba apaan Lisa?”
“Lari tiga kaki campuran!”
“Habis ini dong...”
“Iya!”
“Hee... tenang bener, pasangan ama Andre
ya?”
“Enggak....”
“Lah.... terus?”
“Ama kamu....”
“HEEEEEEEEE!!!!!!????”
Bukannya aku yang
kaget, namun melainkan Nadin yang tiba tiba berteriak dengan cukup keras karena
mendengar perkataan Lisa tadi. Orang orang di sekitar sontak melihat ke arah
kami bertiga, yang membuatku dan Lisa buru buru menenangkan Nadin.
“Waaa...Nadin!!!”
“ABANG KATA NYA GAK IKUT LOMBA APA APA!!!”
“Abang juga gak tau soal ini!!!”
“Maaf Nadin! Aku yang daftarin Rei diam
diam,”
“Kenapa mesti abangku?!!!!”
“S..soal itu.....soal itu....mm,. ah! Biar
Rei gak malas malasan hari ini!”
“Entah kenapa rasa nya, kamu baru saja
menemukan kata kata itu barusan kan, iya kan?!!”
“Hiks... ya udah... kali ini aja, abang aku
pinjamin...”
“Aku
jadi kaya barang aja, di pinjemin...”
“TAPI INGAT! JANGAN TERLALU NEMPEL SAMA
ABANGKU!!!!”
“Mm... oke!”
“KALAU ITU SAMPAI TERJADI..... KU BUNUH!!!”
“Apapun yang terjadi, abang mohon jangan
bunuh siapa pun!”
Aku dan Lisa pun pergi untuk bersiap siap. Saat
berjalan, aku mencoba untuk menoleh ke arah Nadin, dan di sana ku lihat dia
sedang menatapku sambil memperlihatkan ekspresi yang benar benar menyeramkan,
dan terus mengawasi ku dari tempat para penonton. Benar benar... menakutkan.
“Seremnya....”
“Para
peserta lari tiga kaki, harap segera bersiap siap di garis star” kata salah
satu panitia lewat pengeras suara.
“Ayo Rei, kita mesti cepet cepet!”
“Aaaa....”
Di garis star,
kami para pasangan peserta di beri masing masing sehelai kain berwarna yang melambangkan
perwakilan kelas masing masing. Dan untuk perwakilan kelas 11 IPS A, kami
mendapat kain berwarna merah untuk di ikatkan pada kaki kami.
“Kenapa kain berwarna nya malah di ikat di
kaki, biasa nya kan buat di kepala...”
Aku sedikit heran
dengan peraturannya.
“Nama nya juga lari tiga kaki Rei, ya di
ikat di kaki lah...”
“Ya kan, biasa nya kalo buat melambangkan
kelas, di taroh di kepala atau di tangan.”
“Yaelah, biarin aja kali... yuk buruan,
kita ikat kaki kita berdua!”
“Iya iya...”
Aku lalu
mengikatkan kaki kananku dengan kaki kiri Lisa dengan kain berwarna tersebut.
“Udah nih...”
Aku lalu menoleh
ke wajah Lisa, ku lihat wajahnya sedikit kemerahan sambil menatap ke arah kami
yang baru saja ku ikatkan tadi.
“Lisa....”
“mmmm....”
“Lisa!”
“E..eeh iya?”
“Kamu demam ya?”
“E..enggak kok....”
“Beneran? Coba sini sebentar...”
Aku menempelkan
telapak tanganku pada kening Lisa, dan setelah benar benar ku rasakan, ternyata
suhu badannya memang sedikit hangat.
“Eeeemmmm!!!”
*Shuuusssh*
Terlihat seperti
ada cerobong uap di atas kepala Lisa tiba tiba mengeluarkan uapnya.
“Eh....? beneran nih masih mau ikut? Kaya
nya kamu sakit deh...”
“Ga..gapapa kali.... lagipula ini sakitnya
beda...”
Kata Lisa sambil
memalingkan pandangannya dari ku.
“Hah?... beda?”
“Seluruh
peserta harap bersiap siap!”
“Ayo Rei...”
“Mm...” aku mengangguk.
“Biar
kami jelaskan lagi warna masing masing perwakilan kelas....”
”10
IPA A dengan warna ungu, 10 IPA B hijau, 10 IPS A hitam, 10 IPS B kuning, 11
IPA A putih, 11 IPA B abu abu, 11 IPS A merah, 11 IPS B biru, 12 IPA A pink, 12
IPA B jingga, 12 IPS A emas, dan 12 IPS B cokelat.”
“Demikian
warna masing masing perwakilan kelas, para peserta segera memasuki garis star,
dan para siswa yang tidak berkewenangan harap berdiri di balik garis yang telah
di buat...”
“Jadi
sedikit gugup rasa nya...”
Di tengah tengah
rasa gugup itu, aku malah di kejutkan dengan Lisa yang tiba tiba merangkulku
dengan tangannya berada di pinggangku.
“Eeiit... Lisa!”
“Kenapa kamu kaget kaya gitu?”
“Kamu sih pegang pegang pinggangku!”
“A..aku cuma mau ngerangkul kamu tau!! Biar
nanti pas lari kita gak gampang jatuh!”
“Walaupun kamu bilang gitu...”
“K..kamu juga rangkul aku dong!”
“Heeee?”
“Malu tau kalau cuma aku sendiri yang
ngerangkul...” kata Lisa memalingkan pandangannya.
“Tapi kan...”
“Yah...
tidak apa apa lah...”
Aku pun akhirnya
juga merangkul Lisa, namun karna aku merasa tidak enak kalau harus merangkulnya
di bagian pinggang, jadi aku hanya merangkulnya di bagian bahu nya saja..
yah... walau pun hanya bahu nya saja, tetap saja merangkul perempuan itu,
membuatku berdebar debar. Dan juga... kalau aku merangkul Lisa begini, apa yang
akan di lakukan Nadin pada ku nanti... dia kan sedang mengawasi kami sekarang.
“Bisa
gawat nih...”
“Kita
hitung mundur dari hitungan ke tiga...”
“3..........2.........1
!”
*Tiiiitt*
Tanda mulai nya
perlombaan pun berbunyi, aku dan Lisa segera berlari sembari menyeimbangkan
langkah kaki kami berdua. Aku berusaha sekuat mungkin untuk berlari, walau pun
aku tidak terbiasa akan sesuatu yang seperti ini. Namun setelah benar benar ku
sadari... kami sekarang ini... berada pada posisi terakhir. Lisa yang biasa
juara dalam hal hal seperti ini, sekarang ini malah berada di posisi terakhir
karena berpasangan denganku. Aku mencoba melihat wajah Lisa, terlihat wajahnya
yang benar benar berusaha untuk memenangkan perlombaan ini, namun walau pun
seperti itu, dia malah menyesuaikan kecepatan lari nya dengan kecepatanku....
dan sekarang aku merasa menjadi penghambat bagi nya.
*hos hos hos*
“...Lisa!!”
*hos hos*
“Iya Rei...?”
“Lari lah secepat mungkin...!”
“Heh? Tapi kan...”
*hos hos*
“Kamu menyesuai kan laju lari mu denganku
kan...”
“Itu...”
“Tidak apa apa...aku yang akan menyesuai
kan laju ku denganmu...”
“...Rei...”
“Aku... ingin kita memenangkan lomba ini
berdua!”
Mata Lisa sempat
terlihat berbinar, dia lalu tersenyum pada ku dengan wajah begitu semangat.
“Baiklaah... siapkan lah diri mu Rei!”
“Okee... uwaaah...”
Lisa pun mulai
berlari dengan serius, kecepatannya benar benar berubah drastis. Aku benar
benar kesulitan untuk menyamakan kecepatan lari kami berdua, namun kesulitan
itu tertutupi oleh rasa semangat untuk dapat memenangkan perlombaan ini. Lupa
dengan rasa lelah dan letih, satu persatu pasangan kami lewati. Kecepatan lari
Lisa memang benar benar luar biasa, bukan hanya memiliki kecerdasan luar biasa,
namun dia juga memiliki fisik yang kuat, benar benar kesan yang berbeda dengan
saat pertama kali kami bertemu.
“Benar
benar mengejutkan!!! Pasangan peserta dari kelas 11 IPS A dapat dengan cepat
melewati pasangan peserta lainnya hingga dapat merebut posisi kedua, yang
sebelumnya di tempati oleh 12 IPA B!!”
*WHHOOOOOOO*
Suara dari para
penonton dan Nadin yang sedang melihatku sekarang membuatku dan Lisa semakin
bersemangat untuk mendapat juara pertama. Aku benar benar meluapkan seluruh
tenaga ku agar dapat menyesuaikan kecepatanku dengan Lisa, tapi mau bagaimana
lagi... teman teman sedang menyoraki kami sekarang dan juga... adikku sedang melihatku.
“Haaaaaaaa!!!” teriak ku dan Lisa
bersamaan.
“Woow...
11 IPS A mencoba untuk merebut posisi pertama yang saat ini di tempati 10 IPA
A!!”
“Hah...
jadi yang saat ini di depan kami... anak kelas 10...”
“Ayo Rei! Masa kita di kalahin anak kelas
10...”
“Enak banget kamu ngomongnya!... tapi bodo
lah... ayooo!”
Garis finish sudah
tak jauh lagi, aku dan Lisa terus bersalip salipan dengan pasangan anak kelas
10 IPA A untuk memperebutkan posisi pertama. Jarak antara kami benar benar beda
tipis, pasangan anak kelas 10 ini benar benar begitu cepat, Lisa dan aku benar
benar kesulitan. Tapi... kalah dari anak kelas 10 itu...
“YANG BENAR SAJAAAAAA!!!”
“Uwaaaaa.... Rei....!!”
“Luar
biasaaaa !! pasangan kelas 11 IPS A tiba tiba melaju dengan begitu kencang !!”
“Kini
posisi 11 IPS A dan 10 IPA A benar benar sejajar, namun siapa kah yang akan
lebih dulu mencapai garis??!”
*WHHOOOOOOO*
“Ayoooo Lisaaaaa!”
“Jangan remehkan akuuu!”
Dan kami pun...
memenangkan perlombaan ini. Walau pun hanya berbeda tipis dengan anak kelas 10
tadi, Lisa dan aku yang tidak terbiasa dengan kegiatan seperti ini, bisa menang
itu, adalah sebuah keajaiban. Mungkin ini lah yang di maksud dengan The power of kepepet. Suara teman teman
sekelas yang menyoraki kami membuat Lisa terdiam melihat ke arah mereka, aku
tidak bisa melihat ekspresi wajahnya sekarang, karena dia menghadap ke arah
yang membelakangi ku.
*hos hos*
“Tidak dapat di percaya ya... kita bisa
mendapat juara pertama...”
“Mm...”
Dari arah yang di
lihat Lisa, ku lihat Nadin yang memberikan selamat pada ku dengan mengacungkan
kedua jempolnya dan tersenyum pada ku. Aku puin membalasnya dengan mengacungkan
jempolku juga pada nya. Nadin lalu perlahan menghampiri kami.
“Lisa... lihat Nadin ingin memberi selamat
pada kita...”
Lisa lalu menunduk
dan melepaskan kain yang terikat di kaki kami berdua. Dia lalu berdiri sambil
memegangi kain itu dan melihat ke arahku. Ku lihat... ternyata dia sedang
menitikkan air mata.
“Yaah... malah nangis... segitu terharu
nya....”
“Rei .......!!”
Lisa tiba tiba
memelukku di hadapan banyak orang, bahkan juga di hadapan Nadin. Itu benar
benar membuatku terkejut dan membuat Nadin berteriak. Bahkan komentator dari
panitia penyelenggara juga ikut mengomentari hal ini.
“Wah
wah.. apa ini? Pasangan dari kelas 11 IPS A tiba tiba berpelukan !! apa ini
pengakuan cinta??!”
“Tidak ada pengakuan cinta di sini !!!”
“Rei........!!”
“Waaaa.... Lisa...”
“Dada
nya menyentuhku....”
“Lepasin ABANGKUUUUU...!!!!”
“Nadiiin.....”
Padahal baru saja
satu perlombaan, namun... rasa nya benar benar begitu panjang. Bagaimana aku
bisa melewati satu hari ini ya.... bodo lah.
-=Chapter 10 ‘Pekan classmeeting part 1’=-
The power of kepepet :v
ReplyDeleteWak :v itu kta2 dri guru ane :v
DeleteWkwkwkwkwk :v
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteSugoi :V
ReplyDeleteSankyu :V
Delete