Hari yang panas dan gerah, kelas ku
mengadaksn... ulangan harian. Benar benar hari yang menghabiskan banyak energi.
Sesaat setelah ulangan selesai, aku pun menempel kan kepala di bangku dan
berusaha untuk beristirahat dengan nyaman. Namun baru saja hendak tidur, Lisa
dan Andre menghampiri bangku ku dan membangunkan ku.
“Rei, ke kantin yok.” Kata Lisa padaku.
“Aah, gak deh, aku lagi bokek...” jawabku
mendongak ke Lisa lalu mencoba melanjutkan tidur ku.
“Tuh kan, dah ku bilang dia pasti gak mau,”
kata Andre pada Lisa.
“Hmm”
“Rei...” kata Lisa lagi.
“Apaan?” jawab ku lesu.
“Aku traktir mau gak?” lanjut Lisa.
“Yok, OTW” kata ku dengan cepat berdiri
dari bangku ku dan berjalan lebih dulu.
“Haaa... dasar...” kata Lisa.
“Pengen nya pas di traktir doang,” terus
Andre.
Sesampai di kantin, kami pun memesan
makanan, aku dan Lisa memesan Soto banjar, sedangkan Andre membeli rendang...
dalam bentuk mie instan. Setelah mendapat pesanan, kami pun mencari kursi yang
kosong untuk makan bersama sama. Kami pun menemukan 4 kursi dekat tembok yang
masih belum di tempati, dan kami memutuskan untuk makan di kursi itu.
“Rei, kamu tu kerjaan nya apa sih di rumah,
di sekolah kok sering tidur mulu?” tanya Lisa padaku.
“Ya, soal itu...” jawabku agak ragu.
“Maen ama adek nya kan, emang apa lagi...”
terus Andre.
“Kalau itu sih bukan masalah tau, aku tiap
malam begadang buat...”
“Ngapain lu begadang ama adek lu tiap
malam?!!” kata Andre tiba tiba.
“Kalau lu ngomong gitu terus, bakal gue
lempar nie soto ke muka lu!” kata ku jengkel.
“Aku tiap malam begadang buat mengupdate
dan menonton anime, soal nya anime kebanyakan update malam.” Jelasku pada Lisa.
“Haah, jadi soal anime ya...” kata Lisa
sambil menghela nafas.
“Dengar ya Rei...” terus Lisa.
Baru saja ingin bicara, perkataan Lisa
terpotong karena kedatangan Yuuki yang baru saja memesan makanan menghampiri meja kami.
“Ah senpai, selamat pagi.” Kata Yuuki
sambil membawa mangkok di tangannya.
“Oh Yuuki, pagi juga.” Balas ku pada Yuuki.
“Eh? Ehh? Rei, kamu udah kenalan ama anak
baru ini? Serakah banget sih, padahal dah punya adek?” kata Andre sambil
menolah noleh ke arah Yuuki.
“Ngomong gitu lagi, nie soto bakal bener
bener sampe ke muka lu!” jawab ku kesal.
“Eh, perwakilan murid baru waktu itu...”
Kata Lisa.
“Jadi kamu sudah kenal Rei ya?” terus Lisa.
“Ha’i, Sabtu kemarin aku bertemu senpai di
mall bersama adik nya.” Jelas Yuuki.
“Hee, jadi begitu ya...” jawab Lisa lalu
melirik ke arah ku.
“Eh?” respon ku.
“Ano, boleh aku duduk bersama kalian?”
tanya Yuuki.
“Ah tentu, duduk lah.” Jawab Lisa.
“Terima kasih banyak.”
Yuuki pun duduk di kursi yang masih tersisa
di sebelah Lisa.
“Aku Lisa, Lisa decrush, teman sekelas Rei,
salam kenal ya.” Kata Lisa pada Yuuki sambil tersenyum
“Ah, aku Yuuki hanabi, salam kenal Lisa
senpai.” Balas Yuuki.
“Ah kalo aku...” kata Andre.
“Dia
Andre.” Kata ku menyela perkataan Andre.
“Ya, dia Andre.” Lanjut Lisa.
“Woooi!!! Kenapa kalian memotong
perkataanku begitu?!!” kata Andre pada ku dan Lisa.
“Biarkan aku memperkenalkan diri ku
sendiri!” terus Andre.
“Aah, panggil saja dia Otong, dia juga
teman sekelas ku..” kata ku pada Yuuki dengan datar.
“Otong senpai.” Kata Yuuki dengan polos
nya.
“Jangan garami dia dengan sesuatu seperti
itu, dasar bedebah!!!” kata Andre pada ku nyaring.
“O iya, yang tadi belum selesai ya Rei.”
Kata Lisa pada ku tanpa menghiraukan Andre.
“Woi!!! Kok lu ngacangin gue?!!” terus
Andre pada Lisa.
“Ini soal kamu yang sering begadang buat
nonton anime itu,” terus Lisa masih tanpa menghiraukan Andre.
“Masih di kacangin aja?!! Ah bodo ah.”
Terus Andre lalu lesu dan melanjutkan makan nya.
“Sebaik nya kamu mengurangi hobi mu itu,
aku tidak menyuruhmu untuk menghentikan hobi mu itu, paling tidak sebaik nya
kamu mengganti jadwal nontonmu itu menjadi sore hari atau akhir pekan.” Kata
Lisa pada ku.
“Apa guna nya kalau tidak mengupdate tepat
waktu...” kata ku lalu memalingkan wajah ku ke kiri.
“Bukan nya sama saja?” balas Lisa.
“TIDAK, TIDAK SAMA!!!” kata Yuuki tiba tiba
yang sontak membuat Lisa dan Andre kaget.
“Eh?!!”
“Bener tuh kata Yuuki,”
“Kalau aku mengupdate di waktu yang tepat,
sensasi nya akan benar benar berbeda, dan juga aku bisa terhindar dari
spoiler.” Jelas ku pada Lisa.
“Em, em.” Yuuki mengangguk.
“Haaah, sebegitu menarik nya kah anime
itu,” kata Lisa menghela nafas.
“Aku jadi penasaran dengan apa yang membuat
anime sangat kamu sukai.” Terus Lisa penasaran.
Mendengar Perkataan Lisa tadi, aku pun
segera mengeluarkan DVD Bluray Seitokai Yakuindomo yang ku sembunyikan di
antara seragamku, lalu berdiri dari kursi ku dan menunjukan DVD itu pada Lisa.
“Lisa, lihatlah ini!”
“Eh? Apa ini? Dan yang lebih penting lagi,
dimana tadi kamu menyembunyikannya?” Tanya Lisa merasa aneh.
“Itu bukan hal yang pentingkan,”
“Ini adalah DVD BD dari salah satu anime
yang ku sukai, Seitokai yakuindomo, di dalamnya sudah termasuk episode OVA yang
tidak di tayangkan di TV.” Jelasku pada Lisa.
“Hee, gitu ya...” respon Lisa agak datar.
“Aku pinjamkan ini pada mu.” Kata ku
mendekatkan DVD itu pada Lisa.
“Tidak, aku...”
“Pinjamlah dan kata kan pendapatmu tentang
anime ini besok.” Kata ku menyela perkataan Lisa.
“Hee, Oke...” kata Lisa lalu mengambil DVD
tersebut dari tanganku.
Setelah selesai makan, bel sekolah
berbunyi, dan kami pun kembali melakukan ulangan harian matematika. Kepala ku
benar benar pusing bukan main saat melihat soal soal ulangan tersebut. Guru
pengawas yang bertugas di ruangan kami juga belum menunjukan tanda tanda akan
keluar ruangan.
Beberapa menit kemudian guru yang sedang
mengawas di ruangan kami mulai memperlihatkan ekspresi yang aneh di wajahnya
seakan akan sedang menahan sesuatu sambil memegang perutnya. Ternyata dia
sedang menahan rasa sakit perut yang datang secara tiba tiba.
“Bapak a..akan keluar sebentar, ja..ngan
ribut ya!” kata guru pengawas itu sambil menahan sakit perutnya.
“Okeeee pak.” Kata beberapa orang di kelas
ku dengan senangnya.
“Jangan nyontek juga ya!” terus guru
pengawas tersebut.
“Siaaap.” Kata mereka lagi dengan nyaring.
Segera setelah guru pengawas itu keluar
dari kelas, aku dan orang orang seisi kelas langsung ribut mencari contekan
kemana. Namun karena terlalu ribut, beberapa orang di kelas jadi tidak senang
karena konsentrasi mereka terganggu, dan aku pun jadi merasa tidak enak saat melihat
ekspresi wajah mereka dan lalu berhenti menyontek.
“Wah
gak enak nih sama mereka yang ngerjain bener bener, tapi yang lain masih pada
ribut aja, pas pengawas dari kelas sebelah datang ke sini gimana.” Kata ku
dalam hati khawatir.
“DIAAAAM!!!” kata Lisa nyaring yang sontak
membuat orang orang sekelas menghadap ke arahnya.
“Coba kalau nyontek itu, gak usah ribut!”
terus Lisa.
“Kalau bodoh tuh jangan dipelihara!”
Singgung Lisa.
Mendengar perkataan Lisa tersebut, orang
orang di kelas langsung berhenti ribut dan mulai mengerjakan soal sendiri
sendiri.
“Yaah,
emang gak bakal ada yang bisa melawan kata kata nya sih, soalnya dia kan yang
paling pintar di angkatan kami.” Kata ku dalam hati sambil melihat ke arah
Lisa dan tersenyum kecil.
“Oh
iya, hari Nadin gimana ya?” terusku dalam hati.
Setelah waktu ulangan selesai, sekolah pun
dipulangkan lebih awal, baik murid SMA maupun SMP. Namun saat aku menuju
gerbang sekolah, aku tidak melihat Nadin yang biasa nya menungguku di sana. Aku
pun berpikir kalau mungkin Nadin masih ada urusan di kelasnya, jadi aku
memutuskan untuk balik menunggu nya di sini. Beberapa saat setelah aku menunggu
di gerbang sekolah, aku melihat Sari yang baru saja keluar dari gedung SMP.
“Kak Rei!” kata nya sambil menghampiri ku.
“Oh, Sari...”
“Apa kau melihat Nadin?” terusku.
“Nadin masih ada urusan di kelas, aku ke
sini untuk memberitahu kakak.”
“Oh, kalau begitu aku akan menunggu nya
saja,”
“E..Eh, kata Nadin, Kak Rei bisa pulang
duluan kok,” Kata Sari dengan nada aneh.
“eh? Baik lah kalau gitu,” jawab ku merasa
aneh.
“Aneh
banget, biasa nya Nadin sendiri kan yang pengen pulang bareng, tumben tumben
nya dia gak minta di tungguin...” kata ku dalam hati.
“Ngomong ngomong, kamu juga gak pulang ya?”
“I..iya kak, aku juga masih ada urusan di
kelas.”
“Kalau gitu nanti kamu sekalian temenin dia
pulang ya, aku akan pulang sekarang.”
“Iya kak, kakak hati hati di jalan ya.”
“Oke,” kata ku sambil melambaikan tangan.
Aku pun pulang tanpa Nadin. Sepanjang
perjalanan, aku terus merasa kalau ada yang aneh dengan tingkah Sari. Aku
merasa kalau Sari menyembunyi kan sesuatu soal Nadin dari ku.
“mencurigakan,
mencurigakan, mencurigakan...”
“Dari
cara Sari ngomong tadi, kaya nya emang ada yang di sembunyiin deh”
Karena penasaran, aku akhir nya menelpon
Andre yang biasa nya paham soal adik perempuan, dan aku menjelaskan soal yang
barusan terjadi.
“Jadi begitu lah kejadian nya, menurutmu
bagaimana?”
“menurut ku...”
“Emm” jawab ku gugup sambil menelan air
liur ku.
“Adekmu...” terus Andre.
*glek*
“PUNYA PACAR!!!” jelas Andre nyaring
lewat speaker handphone.
Aku terdiam sejenak mendengar perkataan
Andre tersebut, rasa nya seperti membeku karna sangat syok.
“GAK MUNGKIN!!!” kata ku lalu membanting
handphone ku.
“oi..oi..dari yang lu ceritain tadi, kaya nya
emang gitu kan...”
“Njir...
masih nyala aja tu hp hbis gue banting.” Kata ku dalam hati lalu mengambil
handphone ku di tanah.
“fufu, rasain tuh, gak bisa cuit cuit ama
adeknya lagi... hahahaha...” Terus Andre lewat telpon.
“BERISIK!!” kata ku nyaring dekat mic handphone
ku lalu menutup telpon.
Aku pun pulang dengan keadaan lesu, bahkan
sesampai di rumah pun tetap begitu. Saat aku masuk ke kamarku, aku terus
kepikiran, apa benar Nadin sudah memiliki pacar atau semacam nya. Sempat
terlintas di pikiran ku, Nadin dan pacar nya yang sedang pulang bersama, dan
itu membuatku kesal sendiri.
“Nggaak...NGGAAAAK!!!” kata ku kesal sambil
memegang kepala ku dengan kedua tangan.
*dug dug dug*
Terdengar suara ketukan dari pintu depan.
“Eh?” kata ku kaget.
“Abang, Aku pulang nih!”
“Nadin?”
Aku pun dengan cepat menuju pintu depan,
dan lalu dengan cepat membukakan pintu.
“Eh...Abang, abang kenapa?” tanya Nadin
kaget.
“Eh, bukan apa apa...” jawabku sambil
melihat ke arah depan rumah.
“Abang aneh deh...” kata Nadin lalu masuk
ke dalam rumah.
Setelah masuk, Nadin segera pergi dapur dan
aku pun mengikuti nya. Nadin pun mengambil minuman dari kulkas dan langsung
meminum nya sambil berdiri. Karna rasa penasaran, aku pun menanyakan apa yang
dia lakukan sampai pulang terlambat.
“Tadi ada urusan apa di sekolah?”
*bruuuusshh*
Nadin menyemburkan air yang baru saja di
minum nya karena kaget.
“Soal itu...”
*Glek*
“Tadi teman sekelas ku,” kata Nadin
memalingkan wajah nya dari ku.
“Menembak ku.” Terus Nadin pelan.
Seketika aku langsung terdiam. Kepala ku
jadi terasa berat setelah mendengar kata kata nya.
“Abang...” tegur Nadin.
“La..lalu b..bagaimana...”
“Aku...”
*dugdug dugdug*
Jantung terus berdegub kencang karena
penasaran dengan kelanjutannya.
“Menerima nya...”
-=Chapter 4 ‘Adikku dan.....’=-
Comments
Post a Comment