Skip to main content

My Sister is My Priority : chapter 04

untuk daftar karakter, ada dibawah ini :




    Hari yang panas dan gerah, kelas ku mengadaksn... ulangan harian. Benar benar hari yang menghabiskan banyak energi. Sesaat setelah ulangan selesai, aku pun menempel kan kepala di bangku dan berusaha untuk beristirahat dengan nyaman. Namun baru saja hendak tidur, Lisa dan Andre menghampiri bangku ku dan membangunkan ku.

    “Rei, ke kantin yok.” Kata Lisa padaku.
    “Aah, gak deh, aku lagi bokek...” jawabku mendongak ke Lisa lalu mencoba melanjutkan tidur ku.
    “Tuh kan, dah ku bilang dia pasti gak mau,” kata Andre pada Lisa.
    “Hmm”
    “Rei...” kata Lisa lagi.
    “Apaan?” jawab ku lesu.
    “Aku traktir mau gak?” lanjut Lisa.
    “Yok, OTW” kata ku dengan cepat berdiri dari bangku ku dan berjalan lebih dulu.
    “Haaa... dasar...” kata Lisa.
    “Pengen nya pas di traktir doang,” terus Andre.

    Sesampai di kantin, kami pun memesan makanan, aku dan Lisa memesan Soto banjar, sedangkan Andre membeli rendang... dalam bentuk mie instan. Setelah mendapat pesanan, kami pun mencari kursi yang kosong untuk makan bersama sama. Kami pun menemukan 4 kursi dekat tembok yang masih belum di tempati, dan kami memutuskan untuk makan di kursi itu.

    “Rei, kamu tu kerjaan nya apa sih di rumah, di sekolah kok sering tidur mulu?” tanya Lisa padaku.
    “Ya, soal itu...” jawabku agak ragu.
    “Maen ama adek nya kan, emang apa lagi...” terus Andre.
    “Kalau itu sih bukan masalah tau, aku tiap malam begadang buat...”
    “Ngapain lu begadang ama adek lu tiap malam?!!” kata Andre tiba tiba.
    “Kalau lu ngomong gitu terus, bakal gue lempar nie soto ke muka lu!” kata ku jengkel.
    “Aku tiap malam begadang buat mengupdate dan menonton anime, soal nya anime kebanyakan update malam.” Jelasku pada Lisa.
    “Haah, jadi soal anime ya...” kata Lisa sambil menghela nafas.
    “Dengar ya Rei...” terus Lisa.

    Baru saja ingin bicara, perkataan Lisa terpotong karena kedatangan Yuuki yang baru saja memesan makanan  menghampiri meja kami.

    “Ah senpai, selamat pagi.” Kata Yuuki sambil membawa mangkok di tangannya.
    “Oh Yuuki, pagi juga.” Balas ku pada Yuuki.
    “Eh? Ehh? Rei, kamu udah kenalan ama anak baru ini? Serakah banget sih, padahal dah punya adek?” kata Andre sambil menolah noleh ke arah Yuuki.
    “Ngomong gitu lagi, nie soto bakal bener bener sampe ke muka lu!” jawab ku kesal.
    “Eh, perwakilan murid baru waktu itu...” Kata Lisa.
    “Jadi kamu sudah kenal Rei ya?” terus Lisa.
    “Ha’i, Sabtu kemarin aku bertemu senpai di mall bersama adik nya.” Jelas Yuuki.
    “Hee, jadi begitu ya...” jawab Lisa lalu melirik ke arah ku.
    “Eh?” respon ku.
    “Ano, boleh aku duduk bersama kalian?” tanya Yuuki.
    “Ah tentu, duduk lah.” Jawab Lisa.
    “Terima kasih banyak.”

    Yuuki pun duduk di kursi yang masih tersisa di sebelah Lisa.

    “Aku Lisa, Lisa decrush, teman sekelas Rei, salam kenal ya.” Kata Lisa pada Yuuki sambil tersenyum
    “Ah, aku Yuuki hanabi, salam kenal Lisa senpai.” Balas Yuuki.
    “Ah kalo aku...” kata Andre.
    “Dia Andre.” Kata ku menyela perkataan Andre.
    “Ya, dia Andre.” Lanjut Lisa.
    “Woooi!!! Kenapa kalian memotong perkataanku begitu?!!” kata Andre pada ku dan Lisa.
    “Biarkan aku memperkenalkan diri ku sendiri!” terus Andre.
    “Aah, panggil saja dia Otong, dia juga teman sekelas ku..” kata ku pada Yuuki dengan datar.
    “Otong senpai.” Kata Yuuki dengan polos nya.
    “Jangan garami dia dengan sesuatu seperti itu, dasar bedebah!!!” kata Andre pada ku nyaring.
    “O iya, yang tadi belum selesai ya Rei.” Kata Lisa pada ku tanpa menghiraukan Andre.
    “Woi!!! Kok lu ngacangin gue?!!” terus Andre pada Lisa.
    “Ini soal kamu yang sering begadang buat nonton anime itu,” terus Lisa masih tanpa menghiraukan Andre.
    “Masih di kacangin aja?!! Ah bodo ah.” Terus Andre lalu lesu dan melanjutkan makan nya.
    “Sebaik nya kamu mengurangi hobi mu itu, aku tidak menyuruhmu untuk menghentikan hobi mu itu, paling tidak sebaik nya kamu mengganti jadwal nontonmu itu menjadi sore hari atau akhir pekan.” Kata Lisa pada ku.
    “Apa guna nya kalau tidak mengupdate tepat waktu...” kata ku lalu memalingkan wajah ku ke kiri.
    “Bukan nya sama saja?” balas Lisa.
    “TIDAK, TIDAK SAMA!!!” kata Yuuki tiba tiba yang sontak membuat Lisa dan Andre kaget.
    “Eh?!!”
    “Bener tuh kata Yuuki,”
    “Kalau aku mengupdate di waktu yang tepat, sensasi nya akan benar benar berbeda, dan juga aku bisa terhindar dari spoiler.” Jelas ku pada Lisa.
    “Em, em.” Yuuki mengangguk.
    “Haaah, sebegitu menarik nya kah anime itu,” kata Lisa menghela nafas.
    “Aku jadi penasaran dengan apa yang membuat anime sangat kamu sukai.” Terus Lisa penasaran.

    Mendengar Perkataan Lisa tadi, aku pun segera mengeluarkan DVD Bluray Seitokai Yakuindomo yang ku sembunyikan di antara seragamku, lalu berdiri dari kursi ku dan menunjukan DVD itu pada Lisa.

    “Lisa, lihatlah ini!”
    “Eh? Apa ini? Dan yang lebih penting lagi, dimana tadi kamu menyembunyikannya?” Tanya Lisa merasa aneh.
    “Itu bukan hal yang pentingkan,”
    “Ini adalah DVD BD dari salah satu anime yang ku sukai, Seitokai yakuindomo, di dalamnya sudah termasuk episode OVA yang tidak di tayangkan di TV.” Jelasku pada Lisa.
    “Hee, gitu ya...” respon Lisa agak datar.
    “Aku pinjamkan ini pada mu.” Kata ku mendekatkan DVD itu pada Lisa.
    “Tidak, aku...”
    “Pinjamlah dan kata kan pendapatmu tentang anime ini besok.” Kata ku menyela perkataan Lisa.
    “Hee, Oke...” kata Lisa lalu mengambil DVD tersebut dari tanganku.


    Setelah selesai makan, bel sekolah berbunyi, dan kami pun kembali melakukan ulangan harian matematika. Kepala ku benar benar pusing bukan main saat melihat soal soal ulangan tersebut. Guru pengawas yang bertugas di ruangan kami juga belum menunjukan tanda tanda akan keluar ruangan.
    Beberapa menit kemudian guru yang sedang mengawas di ruangan kami mulai memperlihatkan ekspresi yang aneh di wajahnya seakan akan sedang menahan sesuatu sambil memegang perutnya. Ternyata dia sedang menahan rasa sakit perut yang datang secara tiba tiba.

    “Bapak a..akan keluar sebentar, ja..ngan ribut ya!” kata guru pengawas itu sambil menahan sakit perutnya.
    “Okeeee pak.” Kata beberapa orang di kelas ku dengan senangnya.
    “Jangan nyontek juga ya!” terus guru pengawas tersebut.
    “Siaaap.” Kata mereka lagi dengan nyaring.

    Segera setelah guru pengawas itu keluar dari kelas, aku dan orang orang seisi kelas langsung ribut mencari contekan kemana. Namun karena terlalu ribut, beberapa orang di kelas jadi tidak senang karena konsentrasi mereka terganggu, dan aku pun jadi merasa tidak enak saat melihat ekspresi wajah mereka dan lalu berhenti menyontek.

    “Wah gak enak nih sama mereka yang ngerjain bener bener, tapi yang lain masih pada ribut aja, pas pengawas dari kelas sebelah datang ke sini gimana.” Kata ku dalam hati khawatir.
    “DIAAAAM!!!” kata Lisa nyaring yang sontak membuat orang orang sekelas menghadap ke arahnya.
    “Coba kalau nyontek itu, gak usah ribut!” terus Lisa.
    “Kalau bodoh tuh jangan dipelihara!” Singgung Lisa.

    Mendengar perkataan Lisa tersebut, orang orang di kelas langsung berhenti ribut dan mulai mengerjakan soal sendiri sendiri.

    “Yaah, emang gak bakal ada yang bisa melawan kata kata nya sih, soalnya dia kan yang paling pintar di angkatan kami.” Kata ku dalam hati sambil melihat ke arah Lisa dan tersenyum kecil.
    “Oh iya, hari Nadin gimana ya?” terusku dalam hati.

    Setelah waktu ulangan selesai, sekolah pun dipulangkan lebih awal, baik murid SMA maupun SMP. Namun saat aku menuju gerbang sekolah, aku tidak melihat Nadin yang biasa nya menungguku di sana. Aku pun berpikir kalau mungkin Nadin masih ada urusan di kelasnya, jadi aku memutuskan untuk balik menunggu nya di sini. Beberapa saat setelah aku menunggu di gerbang sekolah, aku melihat Sari yang baru saja keluar dari gedung SMP.

    “Kak Rei!” kata nya sambil menghampiri ku.
    “Oh, Sari...”
    “Apa kau melihat Nadin?” terusku.
    “Nadin masih ada urusan di kelas, aku ke sini untuk memberitahu kakak.”
    “Oh, kalau begitu aku akan menunggu nya saja,”
    “E..Eh, kata Nadin, Kak Rei bisa pulang duluan kok,” Kata Sari dengan nada aneh.
    “eh? Baik lah kalau gitu,” jawab ku merasa aneh.
    “Aneh banget, biasa nya Nadin sendiri kan yang pengen pulang bareng, tumben tumben nya dia gak minta di tungguin...” kata ku dalam hati.
    “Ngomong ngomong, kamu juga gak pulang ya?”
    “I..iya kak, aku juga masih ada urusan di kelas.”
    “Kalau gitu nanti kamu sekalian temenin dia pulang ya, aku akan pulang sekarang.”
    “Iya kak, kakak hati hati di jalan ya.”
    “Oke,” kata ku sambil melambaikan tangan.

    Aku pun pulang tanpa Nadin. Sepanjang perjalanan, aku terus merasa kalau ada yang aneh dengan tingkah Sari. Aku merasa kalau Sari menyembunyi kan sesuatu soal Nadin dari ku.

    “mencurigakan, mencurigakan, mencurigakan...
    “Dari cara Sari ngomong tadi, kaya nya emang ada yang di sembunyiin deh

    Karena penasaran, aku akhir nya menelpon Andre yang biasa nya paham soal adik perempuan, dan aku menjelaskan soal yang barusan terjadi.

    “Jadi begitu lah kejadian nya, menurutmu bagaimana?”
    “menurut ku...
    “Emm” jawab ku gugup sambil menelan air liur ku.
    “Adekmu...” terus Andre.
    *glek*
    “PUNYA PACAR!!!” jelas Andre nyaring lewat speaker handphone.

    Aku terdiam sejenak mendengar perkataan Andre tersebut, rasa nya seperti membeku karna sangat syok.

    “GAK MUNGKIN!!!” kata ku lalu membanting handphone ku.
    “oi..oi..dari yang lu ceritain tadi, kaya nya emang gitu kan...
    “Njir... masih nyala aja tu hp hbis gue banting.” Kata ku dalam hati lalu mengambil handphone ku di tanah.
    “fufu, rasain tuh, gak bisa cuit cuit ama adeknya lagi... hahahaha...” Terus Andre lewat telpon.
    “BERISIK!!” kata ku nyaring dekat mic handphone ku lalu menutup telpon.

    Aku pun pulang dengan keadaan lesu, bahkan sesampai di rumah pun tetap begitu. Saat aku masuk ke kamarku, aku terus kepikiran, apa benar Nadin sudah memiliki pacar atau semacam nya. Sempat terlintas di pikiran ku, Nadin dan pacar nya yang sedang pulang bersama, dan itu membuatku kesal sendiri.

    “Nggaak...NGGAAAAK!!!” kata ku kesal sambil memegang kepala ku dengan kedua tangan.

    *dug dug dug*
    Terdengar suara ketukan dari pintu depan.

    “Eh?” kata ku kaget.
    “Abang, Aku pulang nih!”
    “Nadin?”

    Aku pun dengan cepat menuju pintu depan, dan lalu dengan cepat membukakan pintu.

    “Eh...Abang, abang kenapa?” tanya Nadin kaget.
    “Eh, bukan apa apa...” jawabku sambil melihat ke arah depan rumah.
    “Abang aneh deh...” kata Nadin lalu masuk ke dalam rumah.

    Setelah masuk, Nadin segera pergi dapur dan aku pun mengikuti nya. Nadin pun mengambil minuman dari kulkas dan langsung meminum nya sambil berdiri. Karna rasa penasaran, aku pun menanyakan apa yang dia lakukan sampai pulang terlambat.

    “Tadi ada urusan apa di sekolah?”
    *bruuuusshh*
    Nadin menyemburkan air yang baru saja di minum nya karena kaget.

    “Soal itu...”
    *Glek*
    “Tadi teman sekelas ku,” kata Nadin memalingkan wajah nya dari ku.
    “Menembak ku.” Terus Nadin pelan.

    Seketika aku langsung terdiam. Kepala ku jadi terasa berat setelah mendengar kata kata nya.

    “Abang...” tegur Nadin.
    “La..lalu b..bagaimana...”
    “Aku...”
    *dugdug dugdug*
    Jantung terus berdegub kencang karena penasaran dengan kelanjutannya.

    “Menerima nya...”

                               -=Chapter 4 ‘Adikku dan.....’=-

Comments

Populer Post

My Sister is My Priority : chapter 01

My Sister is My Priority : chapter 03

My Sister is My Priority : chapter 14 [Vol.2]