Hari yang cerah dan menggerahkan, kami pun
bersekolah seperti biasa hari. Panas.... panas.... satu kata itu, tak bisa
berhenti di pikiranku sepanjang hari ku disekolah. Dan akhirnya, hari yang
panjang disekolah ini, berakhir.
“Haaah... akhirnya berakhir juga...”
“Hari
ini pulang sendirian ya...”
Karena Nadin masih
harus beristirahat di rumah, hari ini aku berangkat dan pulang sekolah
sendirian. Gak ada penyemangat deh, rasanya benar benar lesu karena aku tidak
bersama adikku hari ini.
“Woi, lesu banget seharian ini.”
Lisa menegurku
yang sedang tertunduk di bangku kelas.
“Oh...Lisa ya.... selamat pagi....”
“Ini udah sore kali...”
“Kenapa sih? Kaya nya lesu banget...”
“Oh.... Nadin masih sakit hari ini,
jadi....”
“Hmm,
Siscon ya...”
“Serah lu!!”
“O iya... nih aku mau balikin DVD nya”
“Owh, oke...”
“Rei...”
“Iya?”
“Mmm...Bisa temenin aku belanja gak?”
“Haah?”
“Bisa dong ya... ya...”
Lisa memohon pada
ku,.sambil menepuk kedua tangannya dan memperlihatkan wajah penuh harap.
“Tapi... aku kan mesti cepet pulang....”
“Ayolah sebentar aja, lagi pula hari ini
Nadin tidak bersama mu kan...”
“Iya sih, tapi...”
“Ku mohon...”
Aku pun jadi tak
bisa menolak permintaannya, dan menemani nya. Namun tempat belanja nya...
kok...
“Kenapa
Zypermart... kok beberapa hari ini aku jadi sering ke sini ya...”
Aku terhenti di
depan gedung Zypermart, karena berpikir bahwa, aku sudah terlalu sering ke sini
beberapa hari ini.
“Yok Rei!”
“Aa...”
“Ada yang mau kamu beli juga Rei?”
“Mmm, mungkin Pocari sama coklat buat
Nadin...”
“Masih mikirin adeknya ya... aku yang
bayarin deh.”
“Eh.. beneran?”
“Iya... soalnya kamu dah nemenin aku...”
“Aaa, makasih deh...”
Aku terus menemani
Lisa berbelanja, mulai dari kebutuhan makanan bahkan juga pakaian pakaian. Aku
berpikir, apakah tinggal di asrama seperti nya, cukup sulit, apalagi dia sedang
jauh dari negeri dan keluarga nya.
Sekitar satu tahun yang lalu, saat aku
sedang mengurus pendaftaran ulang untuk masuk SMA, aku bertemu dengannya,
seorang perempuan cantik dengan kulit putih dan rambut pirang terang sedang
berdiri di depan gedung SMA. Dengan mengenakan gaun one piece putih, dia
terlihat sedikit gelisah seperti sedang menunggu seseorang.
“Bule
ya...benar benar cantik...”
Aku pun pergi
menghampiri nya, karena melihatnya yang terlihat begitu gelisah. Namun dia
belum menyadari kehadiranku.
“Dia
ngerti bahasa Indonesia gak ya...”
“Anoo, excuse me...”
“Whooa....”
Perempuan itu
tampak begitu terkejut, sampai sampai menjatuhkan sebuah berkas yang dia bawa.
Isi dari berkas itu pun ikut jatuh berserakan di tanah yang membuatnya sedikit
panik dan memunguti nya satu per satu.
“Whaa... are you okay?”
Aku lalu membantu
nya memunguti lembar lembar isi dari berkas nya yang berjatuhan itu.
“Aaa, saya tidak apa apa kok...”
“Eh...
bisa bahasa Indonesia toh...ya... walau pun sedikit kaku sih..”
“Kamu sedang apa... panas panas begini...?”
“Aa, saya...”
Saat sedang
membantu nya memunguti isi dari map itu, aku menemukan lembar formulir
pendaftaran SMA yang sudah isi lengkap beserta dengan foto nya.
“Hee? Kamu mendaftar di sini juga?”
“Eh... iya benar,”
“Heeee...
ada bule masuk sekolah gue...”
Aku lalu membaca
isi dari formulir tersebut, dan rasa nya formulir ini sedikit berbeda dengan
milikku, mungkin untuk siswa prestasi kali ya. Soal tercatat di situ prestasi
prestasi yang ia gapai sebelum masuk SMA. Aku lalu membaca kolom nama dari
formulir tersebut, dan tertulis di sana...
“Lisa...
dechrush... susah banget baca nama nya...”
“Anoo...”
“Aa, maaf... ini ku kembalikan...”
“Terima kasih banyak,”
“Ngomong ngomong kenapa kamu berdiri di
sini, kalau mau daftar, masuk aja kali...”
“Aa, saya di suruh Mr. Predi untuk menunggu
sebentar...”
“Pak Predi ya...”
“Wah...kaya
nya dia memang benar benar siswa prestasi deh, bahkan masalah pendaftarannya mesti
langsung ke kepala sekolah...”
“Mending tunggu di dalam aja, ayoo...”
“Eh?? Tung...”
Aku meraih
tangannya, dan membawa nya untuk masuk ke dalam gedung SMA di mana kantor
kepala sekolah berada. Namun saat menuju kantor kepala sekolah aku menyadari
suatu hal yang penting.
“Tunggu
dulu... sekarang... aku...”
“Sedang
memegang tangan seorang perempuan...”
Aku lalu berbalik
ke arahnya, dan buru buru melepaskan genggamanku dari tangannya dengan agak
panik.
“Ma..ma...maaf, aku tidak bermaksud...”
“Aaaa... ti..tidak apa apa, saya tidak
keberatan kok...”
Kami berdua sempat
terdiam sejenak karena hal itu. Ku lihat wajahnya yang menjadi malu malu,
pandangannya terus beralih ke kanan dan ke kiri. Tentu saja reaksi nya akan
seperti itu ya, tiba tiba tangannya di genggam oleh seorang pria yang tidak dia
kenal, maklum saja kalau reaksi nya akan seperti itu.... tapi...
“Manis
juga...”
“Aaa... Ngomong ngomong... ruangan kepala
sekolah, tepat ada di belakangmu...”
“Eh...”
Dia lalu menoleh
ke arah belakangnya dan melihat ke arah pintu ruangan kepala sekolah tersebut.
Aku lalu mendekati pintu itu, dan berniat untuk mengetuknya.
“Anoo, mungkin Mr. Predi sedang sibuk...”
“Ah, tenang saja... dia orang yang baik
kok....”
“Eh...?”
*Dug dug*
“Permisi, pak Predi,”
“Ah, iya silahkan masuk...”
Terdengar suara
kepala sekolah dari dalam ruangannya yang mempersilahkan kami untuk masuk. Aku
segera membuka pintu tersebut, terlihat pak Predi yang sedang mengurus dokumen
dokumen di meja, yap... benar benar terlihat sibuk.
“Rei ya... ada apa kamu datang kemari...”
Pak Predi
berbicara pada ku, sambil terus melihat dokumen dokumen yang ia pegang, saking
konsentrasi memeriksa dokumen dokumen itu, sampai sampai dia tidak melihat ke
arah kami berdua.
“A..anoo... aku mengantarkan tamu bapak ke
sini...”
“Tamu?”
Pak Predi lalu
melihat ke arah kami, dan terlihat sedikit terkejut melihat Lisa.
“Aa, kamu siswa pertukaran itu ya,”
“Eh, iya benar...”
“Maaf membuatmu lama menunggu ya, saya
benar benar sibuk di sini...”
“Mmm, tidak apa apa... saya mengerti.”
“Kalian berdua duduklah dulu, sebentar lagi
dokumennya akan selesai...”
“Baik...!!”
“Eh.. aku juga?”
Kami berdua pun di
suruh duduk menunggu terlebih dulu, dan entah kenapa aku juga di suruh ikutan
duduk menunggu di sini. Kami terus menunggu pak Predi sampai beberapa menit,
dan keadaan mulai sedikit canggung antara aku dan Lisa sekarang ini.
“Anoo...”
“E..eh iya?”
“Kalau tidak salah tadi nama mu... Rei ya?”
“Aa, benar... nama ku Rei ambara, salam
kenal ya,”
Aku mengulurkan
tanganku, berniat mengajaknya bersalaman. Dan dia pun balik menyalami ku dengan
sedikit gugup.
“Aa, aku Lisa, Lisa Dechrush...”
Yap, benar benar
sangat canggung.
“Kamu sudah kenal dengan Mr. Predi ya? Ku
kira kamu juga baru mendaftar di sini...”
“Soal itu, karna aku sudah bersekolah di
sini sejak SMP, jadi...”
“Oh iya, benar juga, sekolah ini juga
terdiri dari SMP dan SMA ya,”
“Ya itu benar, apa sekolahmu yang
sebelumnya juga begitu?”
Lisa menggelengkan
kepala nya pada ku.
“Hmm, sekolahku yang sebelumnya hanya
terdiri dari SMP saja, namun sekolahku berstandar internasional...”
“Hee, jadi begitu ya... pantas saja,”
Pak Predi pun selesai dengan pekerjaannya,
dan segera duduk bersama kami.
“Maaf ya membuat kalian lama menunggu...”
“Aa, tidak apa apa Mister, saya tau anda
sibuk...”
“Bisa saya lihat berkas berkasnya?”
“Ah, tentu...”
Lisa menyerahkan
berkas yang ia pegang pada pak Predi. Pak Predi pun memeriksa isi berkas
tersebut dengan seksama.
“Yap, ini sudah lengkap, sekarang kamu
sudah resmi menjadi murid di sini.”
“Eh, tanpa tes?”
“Tentu saja Rei, dia kan murid prestasi.”
“Benar juga...”
“Oh iya Rei, sebenarnya ada yang ingin
bapak bicarakan pada mu hari ini, tapi mungkin lain kali saja...”
“Soal apa pak?”
“Soal nilai tes mu tentu saja...”
Aku terdiam kaku
sementara karena mendengar masalah nilai dari pak Predi, karena setahu ku...
nilai ku sering turun waktu SMP.
Aku dan Lisa pun pergi meninggalkan ruangan
pak Predi, dan berkeliling sekolah setelahnya.
“Rei?”
Lisa memanggilku
tiba tiba, dan membuatku sedikit kaget.
“Eh.. iya?”
“Anoo, apa murid lanjutan seperti mu juga
harus ikut tes masuk?”
“Aah, tentu saja,”
“Apa tesnya sulit?”
“Tes kami yang murid lanjutan malah lebih
parah dari dari murid yang dari luar....”
“Aaaa, begitu ya....”
“Maka nya pas pak Predi ngomongin soal tes
tadi aku drop...”
“Heee....”
*tap tap tap tap*
Tiba tiba ada
seorang yang terdengar berlari dari arah belakang kami, dan saat aku baru saja
ingin menoleh ke arah belakang, orang itu menabrak Lisa. Karena reflek ingin
menolong Lisa, aku bahkan tak melihat siapa yang menabrak Lisa, dn yang terjadi
adalah adegan RomCom tak terduga, yang seolah olah membuatku terlihat memeluk
Lisa.
*note : RomCom adalah singkatan dari Romance Comedy.
“Eh...”
“Eh?”
“Kok
bisa kayak adegan di Anime anime begini...”
Kami berdua sempat
terdiam dalam posisi seperti itu, ku lihat wajah Lisa mulai memerah, dan
memperlihat ekspresi malu. Namun tiba tiba...
“Abaaaang!!!”
Suara yang
terdengar mengancam tiba tiba masuk ke telinga perlahan, yang membuatku
merinding dan perlahan membuatku menoleh ke arah seseorang yang menabrak Lisa
tadi. Dan yang ku lihat di sana adalah Nadin yang terlihat benar benar marah,
sampai seolah olah mengeluarkan dua buah tanduk di kepala nya.
“Nadiiiin.......!!?”
Aku segera menjauh
dari Lisa. Aku benar benar panik dan tubuhku terus mengeluarkan keringat
dingin.
“Abang!! Siapa cewe pirang itu?”
“Te..tenang Nadin.... abang cuma membantu
nya berkeliling...”
“I...itu benar...”
Nadin tersenyum
pada ku, namun senyuman itu bukanlah senyuman yang seperti kalian pikirkan,
senyumannya benar mengerikan. Dan tiba tiba dia memperlihatkan sebuah pisau
yang di ambil entah dari mana.
“Aku rasa, aku harus membunuh abang, supaya
abangku tidak di rebut siapa pun....”
“Adek
gua jadi Yandere....”
“Jangan bunuh abang...!!”
*note : yandere adalah hasrat untuk berusaha
memiliki orang yang dia cintai dengan cara apapun, bahkan bila harus membunuh
seseorang.
Aku pun lari dari
mereka, dan tak peduli apa apa lagi selain lari dari sebuah pisau yang di bawa
Nadin yang ikut mengejarku. Namun untunglah Nadin tidak pernah seperti itu lagi
sejak saat itu. Haaah... benar benar kenangan yang cukup buruk di akhir ya.
Begitu lah kira kira yang ku ingat tentang
awal pertemuanku dengan Lisa, tidak di sangka sangka, aku bisa bersahabat baik
dengan Lisa sampai sekarang ini. Aku tersenyum melihat Lisa yang saat ini
berada di sampingku. Lisa lalu meliahat ke arahku dan menyadari kalau aku
sedang memperhatikannya sekarang ini. Dia lalu mengalihkan perhatiannya dari
ku, wajahnya terlihat malu malu dan memerah, haha... membuatku teringat dengan
awal kami bertemu.
“A..apaan sih liat liat gitu?!!”
“Bukan apa apa...”
*Bip bip*
Tiba tiba ponselku
berbunyi, yang menandakan ada nya SMS yang masuk. Aku lalu segera mengambil
ponselku tersebut yang yang ku letakan di saku seragamku dan segera melihat SMS
tersebut.
“Eh...dari Nadin...”
“Apa isinya?”
[ Aku merasakan situasi RomCom yang tidak
menyenangkan bersama abang sekarang!!! ABANG LAGI JALAN AMA CEWE KAN! IYA
KAN!!? ]
“Kok
dia bisa tau?”
“Seperi biasa nya, insting adekmu benar
benar kuat ya...”
“Aah, aku masih mempertanyakan soal itu...”
“Maaf ya Lisa, seperti nya aku musti cepet
cepet pulang,...”
“Okelah... sampai kan salamku ke Nadin
ya...”
“Okee, kalau gitu aku duluan ya, makasih
juga udah bayarin!!”
Aku lalu pergi
meninggalkan Lisa dengan buru buru.
“Iya hati di jalan ya *****”
Karena sudah cukup
jauh dari Lisa, aku tidak mendengar beberapa penggal kata yang di ucap Lisa di
akhir.
“Eh apa tadi?”
“Bukan apa apa kok... udah buruan, nanti
Nadin marah loh,”
“O iya...”
Aku lalu buru buru
pulang ke rumah, tanpa ingin tahu sedikit pun tentang apa yang di katakan Lisa
tadi, yah... mungkin akan ku tanyakan lain waktu.
-=Chapter 8 ‘Perempan berambut pirang’=-
Comments
Post a Comment