Skip to main content

My Sister is My Priority : chapter 08

Ada FanArt buatan temen FB nih :D FanArt oleh Yodha Yo
untuk daftar karakter, ada dibawah ini :



    Hari yang cerah dan menggerahkan, kami pun bersekolah seperti biasa hari. Panas.... panas.... satu kata itu, tak bisa berhenti di pikiranku sepanjang hari ku disekolah. Dan akhirnya, hari yang panjang disekolah ini, berakhir.

    “Haaah... akhirnya berakhir juga...”
    “Hari ini pulang sendirian ya...

Karena Nadin masih harus beristirahat di rumah, hari ini aku berangkat dan pulang sekolah sendirian. Gak ada penyemangat deh, rasanya benar benar lesu karena aku tidak bersama adikku hari ini.

    “Woi, lesu banget seharian ini.”

Lisa menegurku yang sedang tertunduk di bangku kelas.

    “Oh...Lisa ya.... selamat pagi....”
    “Ini udah sore kali...”
    “Kenapa sih? Kaya nya lesu banget...”
    “Oh.... Nadin masih sakit hari ini, jadi....”
    “Hmm, Siscon ya...”
    “Serah lu!!”
    “O iya... nih aku mau balikin DVD nya”
    “Owh, oke...”
    “Rei...”
    “Iya?”
    “Mmm...Bisa temenin aku belanja gak?”
    “Haah?”
    “Bisa dong ya... ya...”

Lisa memohon pada ku,.sambil menepuk kedua tangannya dan memperlihatkan wajah penuh harap.

    “Tapi... aku kan mesti cepet pulang....”
    “Ayolah sebentar aja, lagi pula hari ini Nadin tidak bersama mu kan...”
    “Iya sih, tapi...”
    “Ku mohon...”

Aku pun jadi tak bisa menolak permintaannya, dan menemani nya. Namun tempat belanja nya... kok...

    “Kenapa Zypermart... kok beberapa hari ini aku jadi sering ke sini ya...

Aku terhenti di depan gedung Zypermart, karena berpikir bahwa, aku sudah terlalu sering ke sini beberapa hari ini.

    “Yok Rei!”
    “Aa...”
    “Ada yang mau kamu beli juga Rei?”
    “Mmm, mungkin Pocari sama coklat buat Nadin...”
    “Masih mikirin adeknya ya... aku yang bayarin deh.”
    “Eh.. beneran?”
    “Iya... soalnya kamu dah nemenin aku...”
    “Aaa, makasih deh...”

Aku terus menemani Lisa berbelanja, mulai dari kebutuhan makanan bahkan juga pakaian pakaian. Aku berpikir, apakah tinggal di asrama seperti nya, cukup sulit, apalagi dia sedang jauh dari negeri dan keluarga nya.

    Sekitar satu tahun yang lalu, saat aku sedang mengurus pendaftaran ulang untuk masuk SMA, aku bertemu dengannya, seorang perempuan cantik dengan kulit putih dan rambut pirang terang sedang berdiri di depan gedung SMA. Dengan mengenakan gaun one piece putih, dia terlihat sedikit gelisah seperti sedang menunggu seseorang.


    “Bule ya...benar benar cantik...


Aku pun pergi menghampiri nya, karena melihatnya yang terlihat begitu gelisah. Namun dia belum menyadari kehadiranku.

    “Dia ngerti bahasa Indonesia gak ya...
    “Anoo, excuse me...”
    “Whooa....”

Perempuan itu tampak begitu terkejut, sampai sampai menjatuhkan sebuah berkas yang dia bawa. Isi dari berkas itu pun ikut jatuh berserakan di tanah yang membuatnya sedikit panik dan memunguti nya satu per satu.

    “Whaa... are you okay?”

Aku lalu membantu nya memunguti lembar lembar isi dari berkas nya yang berjatuhan itu.

    “Aaa, saya tidak apa apa kok...”
    “Eh... bisa bahasa Indonesia toh...ya... walau pun sedikit kaku sih..
    “Kamu sedang apa... panas panas begini...?”
    “Aa, saya...”

Saat sedang membantu nya memunguti isi dari map itu, aku menemukan lembar formulir pendaftaran SMA yang sudah isi lengkap beserta dengan foto nya.

    “Hee? Kamu mendaftar di sini juga?”
    “Eh... iya benar,”
    “Heeee... ada bule masuk sekolah gue...

Aku lalu membaca isi dari formulir tersebut, dan rasa nya formulir ini sedikit berbeda dengan milikku, mungkin untuk siswa prestasi kali ya. Soal tercatat di situ prestasi prestasi yang ia gapai sebelum masuk SMA. Aku lalu membaca kolom nama dari formulir tersebut, dan tertulis di sana...

    “Lisa... dechrush... susah banget baca nama nya...
    “Anoo...”
    “Aa, maaf... ini ku kembalikan...”
    “Terima kasih banyak,”
    “Ngomong ngomong kenapa kamu berdiri di sini, kalau mau daftar, masuk aja kali...”
    “Aa, saya di suruh Mr. Predi untuk menunggu sebentar...”
    “Pak Predi ya...”
    “Wah...kaya nya dia memang benar benar siswa prestasi deh, bahkan masalah pendaftarannya mesti langsung ke kepala sekolah...
    “Mending tunggu di dalam aja, ayoo...”
    “Eh?? Tung...”

Aku meraih tangannya, dan membawa nya untuk masuk ke dalam gedung SMA di mana kantor kepala sekolah berada. Namun saat menuju kantor kepala sekolah aku menyadari suatu hal yang penting.

    “Tunggu dulu... sekarang... aku...
    “Sedang memegang tangan seorang perempuan...

Aku lalu berbalik ke arahnya, dan buru buru melepaskan genggamanku dari tangannya dengan agak panik.

    “Ma..ma...maaf, aku tidak bermaksud...”
    “Aaaa... ti..tidak apa apa, saya tidak keberatan kok...”

Kami berdua sempat terdiam sejenak karena hal itu. Ku lihat wajahnya yang menjadi malu malu, pandangannya terus beralih ke kanan dan ke kiri. Tentu saja reaksi nya akan seperti itu ya, tiba tiba tangannya di genggam oleh seorang pria yang tidak dia kenal, maklum saja kalau reaksi nya akan seperti itu.... tapi...

    “Manis juga...
    “Aaa... Ngomong ngomong... ruangan kepala sekolah, tepat ada di belakangmu...”
    “Eh...”

Dia lalu menoleh ke arah belakangnya dan melihat ke arah pintu ruangan kepala sekolah tersebut. Aku lalu mendekati pintu itu, dan berniat untuk mengetuknya.

    “Anoo, mungkin Mr. Predi sedang sibuk...”
    “Ah, tenang saja... dia orang yang baik kok....”
    “Eh...?”
    *Dug dug*
    “Permisi, pak Predi,”
    “Ah, iya silahkan masuk...”

Terdengar suara kepala sekolah dari dalam ruangannya yang mempersilahkan kami untuk masuk. Aku segera membuka pintu tersebut, terlihat pak Predi yang sedang mengurus dokumen dokumen di meja, yap... benar benar terlihat sibuk.

    “Rei ya... ada apa kamu datang kemari...”

Pak Predi berbicara pada ku, sambil terus melihat dokumen dokumen yang ia pegang, saking konsentrasi memeriksa dokumen dokumen itu, sampai sampai dia tidak melihat ke arah kami berdua.

    “A..anoo... aku mengantarkan tamu bapak ke sini...”
    “Tamu?”

Pak Predi lalu melihat ke arah kami, dan terlihat sedikit terkejut melihat Lisa.

    “Aa, kamu siswa pertukaran itu ya,”
    “Eh, iya benar...”
    “Maaf membuatmu lama menunggu ya, saya benar benar sibuk di sini...”
    “Mmm, tidak apa apa... saya mengerti.”
    “Kalian berdua duduklah dulu, sebentar lagi dokumennya akan selesai...”
    “Baik...!!”
    “Eh.. aku juga?”

Kami berdua pun di suruh duduk menunggu terlebih dulu, dan entah kenapa aku juga di suruh ikutan duduk menunggu di sini. Kami terus menunggu pak Predi sampai beberapa menit, dan keadaan mulai sedikit canggung antara aku dan Lisa sekarang ini.

    “Anoo...”
    “E..eh iya?”
    “Kalau tidak salah tadi nama mu... Rei ya?”
    “Aa, benar... nama ku Rei ambara, salam kenal ya,”

Aku mengulurkan tanganku, berniat mengajaknya bersalaman. Dan dia pun balik menyalami ku dengan sedikit gugup.

    “Aa, aku Lisa, Lisa Dechrush...”

Yap, benar benar sangat canggung.

    “Kamu sudah kenal dengan Mr. Predi ya? Ku kira kamu juga baru mendaftar di sini...”
    “Soal itu, karna aku sudah bersekolah di sini sejak SMP, jadi...”
    “Oh iya, benar juga, sekolah ini juga terdiri dari SMP dan SMA ya,”
    “Ya itu benar, apa sekolahmu yang sebelumnya juga begitu?”

Lisa menggelengkan kepala nya pada ku.

    “Hmm, sekolahku yang sebelumnya hanya terdiri dari SMP saja, namun sekolahku berstandar internasional...”
    “Hee, jadi begitu ya... pantas saja,”

    Pak Predi pun selesai dengan pekerjaannya, dan segera duduk bersama kami.

    “Maaf ya membuat kalian lama menunggu...”
    “Aa, tidak apa apa Mister, saya tau anda sibuk...”
    “Bisa saya lihat berkas berkasnya?”
    “Ah, tentu...”

Lisa menyerahkan berkas yang ia pegang pada pak Predi. Pak Predi pun memeriksa isi berkas tersebut dengan seksama.

    “Yap, ini sudah lengkap, sekarang kamu sudah resmi menjadi murid di sini.”
    “Eh, tanpa tes?”
    “Tentu saja Rei, dia kan murid prestasi.”
    “Benar juga...”
    “Oh iya Rei, sebenarnya ada yang ingin bapak bicarakan pada mu hari ini, tapi mungkin lain kali saja...”
    “Soal apa pak?”
    “Soal nilai tes mu tentu saja...”

Aku terdiam kaku sementara karena mendengar masalah nilai dari pak Predi, karena setahu ku... nilai ku sering turun waktu SMP.
    Aku dan Lisa pun pergi meninggalkan ruangan pak Predi, dan berkeliling sekolah setelahnya.

    “Rei?”

Lisa memanggilku tiba tiba, dan membuatku sedikit kaget.

    “Eh.. iya?”
    “Anoo, apa murid lanjutan seperti mu juga harus ikut tes masuk?”
    “Aah, tentu saja,”
    “Apa tesnya sulit?”
    “Tes kami yang murid lanjutan malah lebih parah dari dari murid yang dari luar....”
    “Aaaa, begitu ya....”
    “Maka nya pas pak Predi ngomongin soal tes tadi aku drop...”
    “Heee....”
    *tap tap tap tap*

Tiba tiba ada seorang yang terdengar berlari dari arah belakang kami, dan saat aku baru saja ingin menoleh ke arah belakang, orang itu menabrak Lisa. Karena reflek ingin menolong Lisa, aku bahkan tak melihat siapa yang menabrak Lisa, dn yang terjadi adalah adegan RomCom tak terduga, yang seolah olah membuatku terlihat memeluk Lisa.

*note : RomCom adalah singkatan dari Romance Comedy.

    “Eh...”
    “Eh?”
    “Kok bisa kayak adegan di Anime anime begini...

Kami berdua sempat terdiam dalam posisi seperti itu, ku lihat wajah Lisa mulai memerah, dan memperlihat ekspresi malu. Namun tiba tiba...

    “Abaaaang!!!”

Suara yang terdengar mengancam tiba tiba masuk ke telinga perlahan, yang membuatku merinding dan perlahan membuatku menoleh ke arah seseorang yang menabrak Lisa tadi. Dan yang ku lihat di sana adalah Nadin yang terlihat benar benar marah, sampai seolah olah mengeluarkan dua buah tanduk di kepala nya.

    “Nadiiiin.......!!?

Aku segera menjauh dari Lisa. Aku benar benar panik dan tubuhku terus mengeluarkan keringat dingin.

    “Abang!! Siapa cewe pirang itu?”
    “Te..tenang Nadin.... abang cuma membantu nya berkeliling...”
    “I...itu benar...”

Nadin tersenyum pada ku, namun senyuman itu bukanlah senyuman yang seperti kalian pikirkan, senyumannya benar mengerikan. Dan tiba tiba dia memperlihatkan sebuah pisau yang di ambil entah dari mana.

    “Aku rasa, aku harus membunuh abang, supaya abangku tidak di rebut siapa pun....”
    “Adek gua jadi Yandere....
    “Jangan bunuh abang...!!”

*note : yandere adalah hasrat untuk berusaha memiliki orang yang dia cintai dengan cara apapun, bahkan bila harus membunuh seseorang.

Aku pun lari dari mereka, dan tak peduli apa apa lagi selain lari dari sebuah pisau yang di bawa Nadin yang ikut mengejarku. Namun untunglah Nadin tidak pernah seperti itu lagi sejak saat itu. Haaah... benar benar kenangan yang cukup buruk di akhir ya.
    Begitu lah kira kira yang ku ingat tentang awal pertemuanku dengan Lisa, tidak di sangka sangka, aku bisa bersahabat baik dengan Lisa sampai sekarang ini. Aku tersenyum melihat Lisa yang saat ini berada di sampingku. Lisa lalu meliahat ke arahku dan menyadari kalau aku sedang memperhatikannya sekarang ini. Dia lalu mengalihkan perhatiannya dari ku, wajahnya terlihat malu malu dan memerah, haha... membuatku teringat dengan awal kami bertemu.

    “A..apaan sih liat liat gitu?!!”
    “Bukan apa apa...”
    *Bip bip*

Tiba tiba ponselku berbunyi, yang menandakan ada nya SMS yang masuk. Aku lalu segera mengambil ponselku tersebut yang yang ku letakan di saku seragamku dan segera melihat SMS tersebut.

    “Eh...dari Nadin...”
    “Apa isinya?”
    [ Aku merasakan situasi RomCom yang tidak menyenangkan bersama abang sekarang!!! ABANG LAGI JALAN AMA CEWE KAN! IYA KAN!!? ]
    “Kok dia bisa tau?
    “Seperi biasa nya, insting adekmu benar benar kuat ya...”
    “Aah, aku masih mempertanyakan soal itu...”
    “Maaf ya Lisa, seperti nya aku musti cepet cepet pulang,...”
    “Okelah... sampai kan salamku ke Nadin ya...”
    “Okee, kalau gitu aku duluan ya, makasih juga udah bayarin!!”

Aku lalu pergi meninggalkan Lisa dengan buru buru.

    “Iya hati di jalan ya *****”

Karena sudah cukup jauh dari Lisa, aku tidak mendengar beberapa penggal kata yang di ucap Lisa di akhir.

    “Eh apa tadi?”
    “Bukan apa apa kok... udah buruan, nanti Nadin marah loh,”
    “O iya...”

Aku lalu buru buru pulang ke rumah, tanpa ingin tahu sedikit pun tentang apa yang di katakan Lisa tadi, yah... mungkin akan ku tanyakan lain waktu.

                  -=Chapter 8 ‘Perempan berambut pirang’=-

Comments

Populer Post

My Sister is My Priority : chapter 01

My Sister is My Priority : chapter 03

My Sister is My Priority : chapter 14 [Vol.2]